Chapter 11

211 22 2
                                        

Ruang istirahat staf rumah sakit sedang tidak terlalu ramai siang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang istirahat staf rumah sakit sedang tidak terlalu ramai siang itu. Hanya ada beberapa perawat yang keluar masuk untuk sekadar mengambil minuman atau mengganti shift. Taeyong baru saja meletakkan gelas kopinya ketika pintu terbuka, memperlihatkan dua wajah yang sudah sangat ia kenal.

Ten masuk lebih dulu, diikuti Doyoung yang berjalan dengan langkah tenang tapi tegas. Taeyong menegakkan duduknya sambil mengerutkan dahi.

“Ada apa? Kalian berdua kenapa seperti mau interogasi pasien?” Tanyanya setengah bercanda, mencoba mencairkan suasana.

Namun tak satu pun dari Ten atau Doyoung yang tertawa. Mereka duduk di sisi kiri dan kanan Taeyong, membentuk formasi setengah melingkar yang membuat Taeyong justru merasa benar-benar sedang diinterogasi.

“Kau dan Dokter Mingyu… memang se-dekat itu, ya?” ujar Ten akhirnya, suaranya lembut tapi penuh maksud.

Taeyong menatap Ten lalu mengalihkan pandangannya ke Doyoung, seolah mencari penjelasan atau setidaknya alasan kenapa pertanyaan ini muncul.

“Kalau dalam konteks pekerjaan, iya. Belakangan ini kami memang sering satu tim operasi. Dia spesialis kardiologi anak dan aku dokter anak. Jadi otomatis kami sering berinteraksi.” Jawabnya jujur, tanpa nada membela diri, hanya menjelaskan.

“Bukan itu yang kami maksud,” timpal Doyoung pelan tapi tajam. “kau pasti tahu banyak orang mulai membicarakan kalian.”

Taeyong menghela napas. “Aku tahu. Tapi semua itu hanya asumsi. Aku dan Mingyu hanya rekan kerja.”

Ten mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. “Kami tidak bermaksud curiga padamu, Yong. Sama sekali tidak. Kalau pun ada yang tahu siapa kau dan bagaimana kau menjaga dirimu… itu kami.”

“Tapi kami juga sahabatmu,” lanjut Doyoung. “dan kami merasa perlu untuk mengingatkan. Statusmu saat ini bukan seperti dulu.”

“Kau sudah menikah, Taeyong. Iya, aku tahu itu hanya kontrak. Kami tahu itu semua dimulai dari kesepakatan. Tapi di mata orang lain dan… mungkin di mata Jaehyun, semuanya tetap nyata.”

Taeyong menunduk pelan. Ia menggenggam kedua tangannya yang berada di pangkuan. “Aku tidak berniat untuk bermain-main di luar pernikahan ini. Tidak dengan Mingyu atau siapa pun, dan aku yakin Jaehyun tahu itu.”

Doyoung diam sejenak, menatap wajah sahabatnya yang menunduk dalam. “Kami percaya padamu. Tapi kadang, niat baik bisa saja salah diartikan oleh orang yang melihat. Atau orang yang berharap.”

Taeyong menatap Doyoung dalam diam, lalu mengalihkan pandangannya ke arah meja, seolah kalimat barusan masih berputar dalam pikirannya.

Ten menghela napas pelan. “Kami hanya tidak mau kau menyakiti seseorang… bahkan tanpa kau sadari.”

Taeyong menggigit bibir bawahnya pelan, jari-jarinya mengepal di atas paha. Ia tidak membalas tapi ekspresi wajahnya cukup untuk menunjukkan bahwa kalimat Ten barusan mengenai titik yang tidak bisa ia abaikan begitu saja.

Between The Lines (JAEYONG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang