Chapter 9

221 22 4
                                        

Sebelum keluar rumah, Jaehyun sempat berdiri di depan cermin dekat pintu masuk, merapikan dasinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum keluar rumah, Jaehyun sempat berdiri di depan cermin dekat pintu masuk, merapikan dasinya. Taeyong memperhatikan dari balik meja makan, lalu tanpa sadar melangkah mendekat.

“Tunggu.” Katanya. “Dasimu... miring.”

Jaehyun diam saja saat tangan Taeyong terulur membetulkan posisi dasinya. Sentuhan itu tidak lama, tapi cukup untuk membuat napasnya sedikit tertahan.

“Selesai.” Gumam Taeyong, tanpa menatapnya lama-lama. Lalu ia mengambil tas kerjanya dan menuju pintu.

Jaehyun menyusul di belakang.

Mobil Jaehyun melaju pelan menyusuri jalan pagi Seoul yang mulai dipadati aktivitas. Dari jendela, bayangan bangunan dan cahaya matahari yang menembus sela-sela pohon memantul di kaca. Di dalam mobil, suasana lebih hening dari biasanya.

Taeyong duduk di kursi penumpang, tangannya bertumpu di pangkuan. Ia sesekali melirik ke luar jendela, bibirnya tertutup rapat, seolah ada banyak kata yang ingin diucapkan tapi tak tahu harus mulai dari mana. Sementara Jaehyun fokus pada jalan di depannya, tangan kirinya menggenggam kemudi, tangan kanan bertumpu ringan di persneling. Tapi sesekali matanya mencuri pandang ke arah pria di sebelahnya.

“Apa kau tidur nyenyak tadi malam?” Tanya Jaehyun tiba-tiba, mencoba memecah keheningan.

Taeyong menoleh pelan. “Lumayan. Kau?”

“Ya, aku juga.”

Mereka kembali diam. Tapi bukan jenis diam yang canggung, lebih seperti dua orang yang saling memahami bahwa kadang tidak semua hal harus dibicarakan.

“Kalau ada yang kurang nyaman, kau bisa bilang.” Lanjut Jaehyun. “Soal kamar atau ruangan lain, atau apa pun.”

Taeyong mengangguk. “Rumah itu sudah cukup nyaman. Kau tahu aku menyukainya.”

Jaehyun tersenyum tipis. “Syukurlah.”

Mobil mulai melambat ketika mendekati area rumah sakit. Taeyong menoleh keluar, melihat gerbang besar dan petugas yang mulai berjaga.

“Terima kasih sudah mengantarku,” katanya.

Jaehyun mengangguk sekali. “Kau ingin dijemput sore nanti?”

Taeyong ragu sejenak. “Kalau kau tidak sibuk.”

“Aku selalu punya waktu untukmu, Tae.”

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Jaehyun, tanpa jeda, tanpa keraguan. Membuat Taeyong hanya bisa menunduk, menyembunyikan sedikit gelombang di matanya.

Saat mobil berhenti perlahan di depan lobi utama, Taeyong membuka pintu lalu sebelum turun, ia menoleh lagi.

“Hati-hati di jalan. Sampai jumpa.”

Jaehyun menatapnya. “Sampai jumpa.”

Taeyong turun dari mobil, langkahnya tegap seperti biasa, jas putihnya tersampir di lengan. Jaehyun masih diam di tempatnya, mengikuti bayangan Taeyong yang perlahan masuk ke dalam rumah sakit.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now