Taeyong memejamkan mata, tidak bicara. Tapi dari cara tubuhnya mengendur sedikit demi sedikit, Jaehyun tahu bahwa salep itu, dan perhatiannya, membantu.
Setelah selesai, Jaehyun kembali merapikan pakaian Taeyong lalu menarik selimut menutupi tubuhnya dengan lembut. Ia kemudian ikut berbaring di samping, membiarkan tangan mereka kembali bertaut di atas seprai.
“Terima kasih, Hyun.” bisik Taeyong nyaris tanpa suara.
Jaehyun mengecup keningnya. “Untukmu, selalu.”
Jaehyun ikut berbaring di sisi ranjang, mendekatkan tubuhnya ke arah Taeyong yang masih tengkurap. Ia mengulurkan satu tangan, menyentuh bahu Taeyong lembut.
“Bisa tidur miring sekarang? Kalau masih sakit, tetap seperti ini pun tidak apa-apa.”
Taeyong membuka mata sebentar lalu mencoba bergeser perlahan. Butuh waktu, tapi ia akhirnya berhasil memiringkan tubuh dan menghadap Jaehyun. Gerakannya hati-hati dan Jaehyun langsung menyambutnya dengan menariknya perlahan ke dalam pelukan.
Lengan Jaehyun melingkari punggung Taeyong, sementara dagunya bertumpu lembut di atas kepala orang yang ia cintai. Taeyong menyelipkan tangan di antara dada Jaehyun dan tubuhnya sendiri, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan itu.
“Nyaman?” bisik Jaehyun, suaranya berat tapi tenang.
Taeyong mengangguk pelan. “Hm. Hangat…”
Mereka diam untuk beberapa saat, hanya mendengarkan napas masing-masing dan detak jantung yang tenang. Di luar jendela, langit gelap membentang luas, sementara dari kejauhan terdengar suara samar angin malam yang menyapu pelan dedaunan.
Setelah beberapa menit, Jaehyun tertawa kecil. “Kau belum mengantuk, ya?”
Taeyong mendongak sedikit dari pelukannya. “Kau juga belum tidur.”
“Setelah siang tadi?” Jaehyun mencubit pelan pinggang Taeyong. “Mustahil langsung mengantuk.”
Taeyong tersenyum geli. “Salah siapa…”
“Siapa yang lebih dulu menggambar pola-pola tidak beraturan di pahaku?” balas Jaehyun menggoda.
Taeyong terkekeh tertahan dan menyembunyikan wajahnya di dada Jaehyun.
“Aku tidak menyangka kau akan bereaksi secepat itu. Dan aku… suka melihatmu kehilangan kendali.” gumam Taeyong, nyaris seperti bisikan.
“Sudah mulai berani, ya?”
"Hanya pada suamiku."
Jaehyun membalasnya dengan mengecup ubun-ubun Taeyong sekali lagi. “Cukup, sekarang kita sepakat untuk istirahat. Tidak ada ronde berikutnya malam ini, oke?”
“Tenang saja,” balas Taeyong sambil menguap kecil. “Bagian bawahku juga sudah bilang begitu sejak tadi.”
Mereka tertawa pelan bersama. Lalu kembali hening, hanya ditemani detak jam dan pelukan yang semakin erat.
Jaehyun mengecup ubun-ubun Taeyong sekali lagi. Jari-jarinya mengusap pelan punggung kekasihnya dalam gerakan lembut yang nyaris seperti irama napas.
Dalam pelukan itu, suara Jaehyun terdengar rendah tapi jelas.
“Besok… kita kembali bekerja,” ucapnya pelan. “Tapi kalau kau masih sakit, aku bisa menghubungi rumah sakit untuk izin cutimu.”
Taeyong yang masih bersandar di dada Jaehyun hanya diam sejenak lalu menoleh pelan menatap mata kekasihnya. Senyumnya kecil, tapi tak ada ragu sedikit pun dalam jawabannya.
YOU ARE READING
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 29
Start from the beginning
