Tangannya bergerak dengan telaten, mulai dari bahu lalu turun ke punggung. Ia menggosok perlahan, menyapu sisa peluh dan rasa lengket yang menempel sejak siang. Saat tangannya menyentuh bagian bawah punggung Taeyong, ia mengganti gerakannya menjadi usapan lembut, mengelus bagian pinggang dan sisi tulang belakang dengan tekanan ringan yang menenangkan.

Taeyong hanya memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam rasa hangat dari air dan tangan Jaehyun. Rasa sakitnya memang belum hilang sepenuhnya tapi sentuhan Jaehyun perlahan meluruhkan semua yang menegang.

"Kemari, menyamping sedikit..." bisik Jaehyun, tangannya membimbing dengan pelan. "Aku bantu bagian kiri, agar kau tidak perlu banyak gerak."

Taeyong menurut tanpa suara, dan ketika Jaehyun kembali mengusap lembut punggungnya, matanya terbuka perlahan. Ia menatap pantulan Jaehyun di kaca, lelaki itu begitu tenang, fokus dan penuh perhatian.

"Hyun..." gumam Taeyong lirih.

Jaehyun berhenti sejenak dan menoleh. "Hm?"

Taeyong hanya menatapnya. Tidak ada kata lanjut tapi dalam sorot matanya, ucapan terima kasih itu sudah tersampaikan lebih dari cukup.

Jaehyun hanya tersenyum, lalu kembali mengusap bahunya pelan. "Kalau kau sudah lebih baik, nanti aku bantu keringkan, ya?"

Taeyong mengangguk, senyumnya kecil tapi cukup untuk membuat dada Jaehyun kembali hangat.

***

Begitu keduanya selesai membersihkan diri, Jaehyun membantu Taeyong kembali berbaring di ranjang. Selimut sudah dirapikan, lampu utama dipadamkan dan diganti cahaya lampu meja yang lebih redup, membuat kamar terasa lebih tenang dan nyaman.

Saat Taeyong sudah hampir memejamkan mata, Jaehyun duduk di sisi tempat tidur dan menepuk lembut punggungnya. “Tengkurap sebentar, sayang.” ucapnya pelan.

Taeyong membuka mata kembali, menoleh pelan. “Hah? Untuk apa?”

Jaehyun tidak langsung menjawab. Ia bangkit lalu berjalan ke laci meja kecil di sudut kamar. Dari sana, ia mengambil sebuah tube kecil, bungkusnya putih bersih dengan tulisan medis di sisi luar. Setelah kembali duduk, Jaehyun membuka tutupnya dan aroma mint lembut bercampur chamomile langsung menyebar.

“Ini…?” Taeyong mengerutkan dahinya.

Jaehyun menoleh ke arah Taeyong. “Salep, untuk mengurangi perih dan nyeri. Bagian belakangmu pasti masih terasa sakit, kan?”

Taeyong memerah pelan, lalu menunduk, setengah malu, setengah terkejut. “Kau… dari mana kau dapat itu?”

“Aku menelpon Johnny tadi, sebelum mulai masak makan malam,” jawab Jaehyun tenang.

Taeyong sempat terdiam, lalu menatap Jaehyun dengan alis terangkat. “Johnny… tidak bertanya apa-apa?”

Jaehyun menghela napas ringan, senyumnya muncul di sudut bibir. “Tidak. Atau… lebih tepatnya, belum.”

Taeyong menggeleng pelan, wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa campur aduk antara malu dan haru.

“Sepertinya… mereka sudah tahu.”

“Mungkin.” Jaehyun menyentuh lengan Taeyong pelan. “Sekarang… boleh aku bantu oleskan? Supaya lebih nyaman saat tidur.”

Taeyong sempat ragu tapi akhirnya mengangguk pelan. Ia bergeser perlahan, berbaring tengkurap di atas kasur. Gerakannya dijaga, tubuhnya masih terasa sensitif dan nyeri.

Jaehyun membuka bagian bawah piyama Taeyong dengan hati-hati lalu mulai mengoleskan salep dengan jari-jari yang telaten. Ia tidak terburu-buru justru sangat lembut, seperti takut menyakiti sedikit pun. Usapan ringan itu disertai gerakan memijat perlahan, cukup untuk meredakan dan menenangkan.

Between The Lines (JAEYONG)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt