Hari ini pun demikian. Pagi tadi, Taeyong sempat terdiam lama di meja makan, hanya menatap roti panggang yang seharusnya menjadi sarapannya.
“Aromanya seperti mentega gosong.” Ucapnya pelan.
Dan Jaehyun langsung mengganti rotinya tanpa banyak kata, menyiapkan potongan apel dan yogurt dingin yang bisa lebih mudah diterima perut Taeyong.
Menjelang sore, pekerjaan Taeyong sudah selesai lebih cepat. Ia baru saja selesai menandatangani laporan terakhir saat ketukan pelan di ambang pintu membuatnya mengangkat wajah.
Pintu itu langsung terbuka sesudahnya, menampilkan sosok Jaehyun dengan senyum lembutnya yang khas. Jas hitam mahal masih membungkus tubuhnya dan rambutnya terlihat sedikit berantakan karena tertiup angin.
“Sudah siap, Dokter Jung?” tanya Jaehyun sambil masuk perlahan.
Taeyong mengangguk, tersenyum. “Sudah. Kita langsung ke ruangannya Ten?”
Jaehyun berjalan mendekat, otomatis mengambil tas kerja Taeyong dari atas meja. “Iya. Ten sudah atur jadwalnya sore ini, kita tidak perlu menunggu lama. Aku juga sudah kirim pesan kalau kita akan segera kesana.”
Taeyong berdiri dan seperti biasa Jaehyun sigap menawarkan lengannya untuk digandeng. Taeyong menerimanya tanpa pikir panjang, mereka pun berjalan keluar dari ruangan Taeyong.
Ruangan Ten berada satu lantai di atas ruang praktik Taeyong. Jaehyun menggenggam tangan Taeyong dengan erat sepanjang perjalanan, melewati lorong rumah sakit yang mulai sepi di jam-jam menjelang sore.
Lift berhenti dengan bunyi ringan dan pintunya terbuka, menampilkan lantai obstetri dan ginekologi yang bernuansa lebih tenang dibandingkan lantai-lantai lainnya. Mereka berjalan beberapa langkah sebelum akhirnya berhenti di depan pintu bercat krem bertuliskan nama lengkap Ten.
Dr. Chittaphon Leechaiyapornkul, Sp.OG.
Pintu itu sudah terbuka sedikit dan sebelum Jaehyun sempat mengetuk, suara Ten terdengar dari dalam. “Masuk saja, aku sudah siap.”
Jaehyun dan Taeyong saling pandang sejenak, lalu masuk bersama. Ten sudah berdiri di dekat meja, mengenakan jas dokternya dan wajahnya yang biasanya penuh candaan kini tampak lebih serius, namun tetap lembut seperti biasa.
“Selamat datang calon orang tua.” Sapanya dengan nada ringan yang disusul senyum kecil. “Kalian bisa duduk dulu. Aku sudah siapkan semua alatnya.”
Taeyong menurut, duduk di kursi pemeriksaan yang disiapkan di sisi dalam ruangan. Jaehyun duduk di kursi pendamping yang tak jauh dari sana, matanya tak lepas dari Taeyong sedari tadi, memastikan tak ada gerakan yang membuat pasangannya kesulitan atau kelelahan.
“Aku akan melakukan pemeriksaan awal dulu, fokus ke kondisi umum dan tanda vital Taeyong. Nanti kita lanjut dengan pemeriksaan ultrasonografi.” Jelas Ten sambil mengenakan sarung tangan medis.
Taeyong mengangguk. Meski sudah sering membantu pasiennya menjalani prosedur seperti ini, ia tetap merasa canggung saat menjadi pasien itu sendiri, terlebih dengan sahabatnya sebagai dokter pemeriksa.
Ten mulai dengan mengukur tekanan darah, suhu tubuh dan denyut nadi Taeyong. Semua berjalan lancar. Sambil mencatat, Ten bertanya. “Dua hari ini morning sickness-nya lebih ringan?”
Taeyong mengangguk sambil tersenyum lemah. “Iya, tapi penciumanku lebih sensitif sekarang. Parfum Jaehyun pun sempat membuat mual.”
Jaehyun mengangkat tangan ringan. “Sudah kuganti sejak kemarin.”
Ten tertawa pelan. “Cepat tanggap. Luar biasa.”
Setelah pemeriksaan awal selesai, Ten menyarankan Taeyong untuk berbaring di ranjang kecil di sisi ruangan lalu membuka sedikit bagian perutnya agar bisa mulai melakukan USG transabdominal.
YOU ARE READING
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 34
Start from the beginning
