Yuta tertawa. "Kau benar-benar tidak berubah, Johnny."
"Eh, tapi serius..." Johnny menoleh ke Jaehyun.
"Kalau nanti anak kalian lahir, aku mau jadi paman favorit, ya."
"Paman kedua favorit," Yuta menyambar cepat. "karena yang pertama tentu saja harus aku."
Jaehyun menggeleng sambil tertawa dan untuk sesaat ruangan itu hanya diisi oleh tawa hangat dan suara persahabatan yang mengisi celah-celah hari. Bagi Jaehyun, momen-momen seperti inilah yang membuat segala luka dari masa lalu perlahan terasa lebih ringan.
**
Jam makan siang baru saja dimulai ketika ponsel Taeyong bergetar pelan di atas meja kerjanya. Ia tengah menyelesaikan catatan rekam medis terakhir sebelum beranjak keluar tapi nama yang tertera di layar membuat bibirnya otomatis tersenyum.
"Hallo?" sapanya ringan, menyandarkan tubuh di sandaran kursi.
"Sudah makan?"
Suara Jaehyun langsung terdengar, disertai nada sedikit mengintimidasi namun jelas dipenuhi perhatian.
Taeyong tertawa pelan. "Belum. Aku baru saja mau keluar—"
"Sayang, jangan makan sembarangan. Tolong jangan yang pedas, jangan yang asam. Dan jangan terlalu banyak kopi juga.”
Taeyong tertawa pelan. "Aku tahu, Yang Mulia. Aku janji tidak akan macam-macam. Hari ini perutku juga tidak terlalu rewel kok."
"Baik. Tapi tetap pelan-pelan makannya, ya?"
Belum sempat Taeyong membalas, pintu ruangannya tiba-tiba terbuka. Dua orang masuk begitu saja sambil membawa tas makan dan senyum lebar di wajah masing-masing.
"Selamat siang, calon ibu~" Ujar Ten, mengangkat kotak makan yang dibawanya. "Kami datang membawa makan siang bergizi untuk si keras kepala satu ini."
Doyoung mengangguk sambil meletakkan tasnya. "Aku ikut memastikan kau tidak sembunyi ke kafetaria beli tteokbokki."
Taeyong memutar bola matanya. "Kalian ini..."
"Oh, sedang bicara dengan Jaehyun, ya?" sela Ten begitu melihat ponsel yang masih menempel di telinga Taeyong. Ia langsung melambaikan tangan ke arah mikrofon.
"Hai Jaehyun! Kami pastikan istrimu makan dengan benar hari ini, jangan khawatir!"
Dari seberang, terdengar tawa kecil Jaehyun.
"Tolong jaga dia, Ten, Doy. Jangan biarkan dia kabur ke kafetaria dan mencari makanan penuh MSG."
"Aku masih di sini, tahu..." gumam Taeyong setengah kesal, namun tak bisa menyembunyikan rona kemerahan di pipinya.
"Aku tahu. Makanya titip pesan ke sahabatmu." Balas Jaehyun dengan nada yang terdengar menggoda.
Taeyong mendesah pelan, tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Lalu ia kembali bersuara, lebih lembut. "Aku makan siang bersama mereka dulu, ya. Nanti aku kabari lagi."
"Baik. Jangan lupa minum air putihnya. Dan istirahat sebentar kalau sempat."
Sejenak suara dari seberang hening, lalu terdengar suara Jaehyun, lebih pelan, hangat dan penuh perasaan.
"Aku mencintaimu."
Taeyong terdiam sejenak. Senyumnya berubah menjadi lebih dalam. "Aku juga mencintaimu."
Begitu sambungan diputus, suasana ruangan hening selama tiga detik... sebelum akhirnya meledak oleh suara Ten dan Doyoung bersamaan.
"Aaaaaa!! Akhirnya aku bisa mendengar mereka mengatakan kata itu juga!"
YOU ARE READING
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 33
Start from the beginning
