Dan Jaehyun? Ia nyaris kehilangan kendali saat mendengar suara Taeyong menyebut namanya lagi. Dengan nada setengah memohon, setengah menyerah.

“Jaehyun… jangan berhenti…”

Jaehyun memperhatikan setiap reaksi tubuh Taeyong dengan penuh kesabaran, seolah sedang membaca buku yang sudah lama ingin ia pahami sampai tuntas.

Jarinya terus bergerak di dalam, perlahan menambah jumlahnya, melengkung di sudut tertentu, menekan titik-titik yang membuat tubuh di bawahnya berkedut. Taeyong mendesah tanpa henti, punggungnya melengkung, bibirnya terbuka mengerang pelan.

“Ah… Jaehyunhh...”

Suaranya pecah, nyaris seperti rengekan, tangannya mencengkeram lengan Jaehyun, tubuhnya mulai kehilangan kendali.

Jaehyun menunduk, mencium keningnya, “Sakit?”

Taeyong menggeleng cepat, matanya berkaca-kaca tapi bukan karena perih. “Tidak… tapi rasanya…”

Jaehyun tersenyum lalu mulai mencium lehernya lagi, menjilat kulit yang kini berkeringat lembut, sementara tangannya yang bebas meraih bagian sensitif Taeyong yang sudah sangat keras sejak tadi.

Seketika tubuh Taeyong menegang.

“A-ah—Hyun…”

Jemari Jaehyun melingkupinya, menggenggam hangat dan mulai menggerakkan tangan dengan ritme perlahan, naik turun, dengan tekanan lembut. Di saat yang sama, jari-jarinya yang masih di dalam juga ikut bergerak, menciptakan sensasi ganda yang membuat Taeyong menggeliat tak terkendali.

“Hyunhh.. ahh–aku… aku…”

“Lepaskan, sayang. Aku di sini…,” BISIK Jaehyun sambil mencium pipinya, satu tangan terus memainkan bagian paling peka dari tubuh istrinya, sementara yang lain memberi gesekan lebih dalam lagi di dalamnya.

Taeyong menggigit bibirnya kuat-kuat, pinggulnya mulai naik turun tanpa sadar mengikuti irama tangan Jaehyun. Ia menegang sejenak, seluruh tubuhnya seperti ditarik dalam satu gelombang panas yang tidak bisa dihentikan lagi.

“AHH! Jaehyunh!!”

Pelepasan pertamanya datang dalam tarikan napas yang panjang dan erangan yang berat. Putih hangat itu tumpah di perutnya sendiri dan sebagian di tangan Jaehyun, membuat napasnya terputus-putus dan matanya memejam kuat.

Jaehyun menatapnya tak berkedip.

Tubuh yang bergetar itu. Dada yang naik turun cepat. Pipi yang merah dan mata yang berair karena terlalu dalam merasakan.

Ia menunduk, mencium kening Taeyong yang basah keringat.

“Kau luar biasa indah….”

Taeyong menggeliat pelan di bawah sentuhannya, wajahnya tersembunyi di lekuk leher Jaehyun dan ia masih berusaha mengatur napas.

“Tadi itu…”

Jaehyun hanya memeluk tubuhnya lebih erat. “Aku tahu. Dan aku belum selesai.”

Ia menarik diri sedikit, hanya untuk menatap mata Taeyong sekali lagi.

Jari Jaehyun mengusap pelan sisi paha Taeyong yang masih gemetar, lalu mengusap lembut perut dan tulang pinggulnya, seolah sedang menghafal bentuk tubuh yang sudah lama hanya bisa ia lihat dari kejauhan.

“Kalau kau mengizinkan… aku ingin benar-benar menyatu denganmu malam ini,” suaranya rendah, berat dan serak.

Taeyong mengangguk pelan, tapi pasti.

Mata mereka saling menatap dan dalam diam itu, semuanya terasa jelas.

Tatapan mereka bertemu, saling berbicara tanpa suara. Dalam diam itu, segala perasaan yang selama ini terpendam seolah tumpah ruah, jelas dan utuh.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now