“Eomma, Jaehyun sekarang rajin masak.” Ujar Taeyong akhirnya, suaranya sedikit geli.

“Benarkah?” sang Ibu menoleh, setengah terkejut.

“Taeyong yang meminta,” Sahut Jaehyun cepat. “Dan sekarang dia ketagihan dengan sup rumput laut buatanku.”

Tawa kecil mengisi ruangan. Tidak ada tekanan, tidak ada kekakuan, hanya percakapan hangat antara dua orang tua yang datang mengunjungi putranya dan anak yang kini menjadi bagian keluarga mereka.

Setelah satu jam penuh dengan obrolan hangat, pasangan suami-istri itu akhirnya pamit pulang. “Kami tidak akan lama, hanya ingin melihat wajah kalian dan memastikan bahwa rumah ini... memang rumah.”

Saat mengantar sampai ke depan, Eomma Lee sempat menggenggam tangan Jaehyun dan berkata pelan, “Terima kasih... sudah menjaga putra kami. Kami tahu dia bukan yang paling mudah untuk dimengerti. Tapi kalau ada seseorang yang bisa, itu pasti dirimu, Jaehyun-ah.”

Jaehyun menunduk sedikit sambil tersenyum, “Aku akan menjaganya, Eomma. Selalu.”

**

Langit sudah mulai berganti warna saat suara mesin mobil perlahan menjauh dari halaman rumah. Taeyong masih berdiri di depan pintu, memandang kosong ke arah jalanan. Di sampingnya, Jaehyun menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku celana, mengamati siluet tenang di sisinya.

Hening.

Angin sore menerpa lembut, membawa aroma teh yang masih tersisa di dalam rumah dan napas panjang yang tertahan di dada Jaehyun.

“Hari ini cukup melelahkan.” Gumam Taeyong pelan sambil menarik napas panjang.

Jaehyun tertawa pelan. “Tapi kita berhasil melewatinya.”

Ia menoleh perlahan ke arah Taeyong.

“Masih terasa seperti sandiwara?”

Kalimat itu meluncur tenang, seperti tidak berharap jawaban tapi diucapkan karena ingin mendengar suara dari orang di sebelahnya.

Taeyong tidak langsung menjawab. Ia menarik napas pelan, menunduk sebentar sebelum mengalihkan pandangannya ke arah langit yang memerah.

“Aku rasa kalau ini sandiwara…”
Jeda sesaat menggantung di antara mereka, “…maka kita berdua aktor yang sangat buruk.”

Jaehyun menatapnya, bibirnya tertarik ke satu sisi. “Kenapa?”

“Karena akhir-akhir ini aku lupa naskahnya.”
Suaranya pelan, hampir seperti bisikan.

Jaehyun tidak mengatakan apapun untuk beberapa detik. Ia hanya menatap pria di sebelahnya, wajah itu yang sekarang tidak lagi menyembunyikan apa-apa. Lalu Jaehyun tersenyum kecil.

Dan saat Taeyong menoleh, keduanya tertawa tipis. Bukan karena lucu, tapi karena jawaban ambigu itu terasa lebih jujur dari apapun yang bisa mereka ucapkan.

Tanpa banyak kata lagi, Jaehyun meraih pintu dan mendorongnya sedikit lebih lebar. “Ayo masuk. Malam masih panjang.”

Taeyong mengangguk pelan, lalu melangkah masuk, diikuti Jaehyun yang menutup pintu perlahan di belakang mereka.

Setelah pintu rumah tertutup sepenuhnya dan langkah kedua orang tua Taeyong tak lagi terdengar dari pelataran luar, keheningan kembali memenuhi ruang tengah. Lampu gantung di atas meja makan masih menyala lembut, menghangatkan suasana yang tertinggal setelah pertemuan hangat malam itu.

Taeyong baru saja membereskan dua gelas terakhir dari sisa jamuan makan mereka sementara Jaehyun menyandarkan tubuhnya di kusen dapur, memperhatikan dalam diam. Tak ada yang buru-buru mengakhiri malam itu, meski waktu perlahan merayap menuju tengah malam.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now