Semua ini, lagi-lagi seperti bentuk nyata dari keputusan yang ia ambil sendiri.

Membiarkan Taeyong memilih jalannya.

Membiarkan dirinya... menjadi penonton yang diam.

Dari kejauhan, Jaehyun melihat Taeyong tertawa kecil pada candaan Mingyu dan entah mengapa, suara tawa itu yang biasanya bisa membuat dunianya terasa tenang... kini justru terasa asing.

**

Makan siang berakhir tanpa banyak kata-kata yang menggantung. Semuanya terasa cukup, setidaknya untuk urusan pekerjaan. Mereka meninggalkan kafe dengan langkah santai.

Taeyong berjalan sedikit di depan Mingyu. Sisa dari makan siang tadi masih tertinggal di kepalanya. Bukan obrolan medis, bukan kasus pasien, bukan strategi bedah, tapi potongan tatapan Jaehyun dari seberang ruangan. Tatapan yang tak menghakimi, tidak juga meminta penjelasan. Justru terlalu tenang. Terlalu sunyi. Seperti seseorang yang sudah lebih dulu kalah sebelum pertandingan dimulai.

Sampai di pelataran rumah sakit, Mingyu berpamitan. "Aku langsung ke lab dulu. Ada hasil yang harus kucek."

Taeyong mengangguk pelan, dan kali ini, tidak menatap lama. "Oke. Hati-hati."

Begitu sosok Mingyu menjauh, Taeyong berdiri sebentar di depan pintu masuk. Ia menarik napas panjang dan akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah sakit, melewati lorong-lorong yang begitu dikenalnya, mencoba menenangkan pikirannya yang masih terbelah dua arah.

Ruangannya masih kosong saat ia tiba. Ia menaruh map di atas meja lalu duduk di kursi kerja. Pandangannya mengarah keluar jendela, ke taman kecil di belakang gedung utama.

Hari ini tidak terjadi apa-apa. Tidak ada pengakuan. Tidak ada sentuhan. Tidak ada pelanggaran besar.

Tapi kenapa rasanya seperti sesuatu dalam dirinya sedang bergeser?

Ia memejamkan mata sebentar, lalu membuka kembali dengan napas pendek yang tertahan.

"Aku harus fokus." Gumamnya pelan. "Fokus."

Layar komputer di depannya menyala. Data pasien berikutnya muncul. Jadwal rapat divisi menanti. Dunia medis terus bergerak, dan Taeyong memaksa dirinya untuk ikut bergerak bersamanya, setidaknya... sampai pikirannya berhenti mengulang-ulang senyum Mingyu, dan tatapan sunyi Jaehyun.

Waktu bergulir perlahan di dalam rumah sakit. Taeyong menghabiskan sisa harinya dengan tenggelam dalam rutinitasnya. Memeriksa satu demi satu pasien, berdiskusi singkat dengan wali anak-anak yang datang dengan harap, cemas, dan segala bentuk pertanyaan yang tak pernah sederhana. Ia mencoba menyalakan kembali fokusnya yang sempat bergeser dan hampir berhasil, hingga suara yang sudah mulai familiar itu kembali menyapanya tepat saat ia menutup folder pasien terakhir hari itu.

"Kau masih punya energi untuk satu tempat lagi?" Tanya Mingyu sambil menyandarkan punggungnya di ambang pintu ruangan Taeyong.

Taeyong mendongak, sedikit bingung. "Tempat?"

"Rooftop." Jawab Mingyu sambil mengangkat dua botol minuman isotonik dari kantong plastik yang dibawanya. "Udara sore ini bagus. Dan aku butuh sesuatu yang bukan ruangan tertutup."

Taeyong terdiam sejenak, menimbang. Tapi pada akhirnya ia mengangguk. "Baiklah."

**

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now