"Taeyong." Panggil Jaehyun pelan.
Taeyong menoleh, sedikit terkejut karena nada Jaehyun berbeda dari biasanya. Lebih hangat atau mungkin lebih... rindu?
"Aku ada meeting siang ini, di kafe dekat sini. Kalau kau belum ada rencana, mau makan siang bersama?" Kata Jaehyun, tangannya masih menggenggam setir.
Sederhana. Nada Jaehyun tenang, tidak menuntut. Tapi tatapan matanya penuh harap dan Taeyong bisa melihat itu. Jemarinya yang masih memegang gagang pintu sedikit menegang. Ia tidak menyangka Jaehyun akan mengajaknya makan siang. Sudah lama, sangat lama sejak ajakan seperti itu terdengar dari mulut pria itu.
Seketika, ada sepotong kecil rasa bersalah menyelinap ke dalam dadanya.
"Maaf, Jaehyun..." ucap Taeyong, hampir seperti bisikan. Ia menunduk sedikit, menghindari mata Jaehyun. "Siang ini aku sudah ada janji dengan Mingyu. Kami harus membahas lanjutan case pasien jantung bawaan yang kemarin."
Jaehyun mengangguk pelan. Tidak ada perubahan besar di wajahnya, tidak ada senyum yang pudar, tidak juga kekecewaan yang mencolok. Tapi Taeyong tahu... ia tahu benar bagaimana wajah itu bekerja. Dan pagi ini, sekali lagi, Jaehyun memilih menyimpan perasaannya sendiri.
"Tidak apa-apa." Jawab Jaehyun akhirnya. "Mungkin lain kali, saat waktumu lebih luang."
Taeyong menatapnya sebentar, ingin berkata sesuatu tapi ia sendiri tidak tahu apa. Lalu akhirnya hanya menjawab. "Iya.."
Ia membuka pintu mobil, turun, dan berjalan masuk ke rumah sakit tanpa menoleh ke belakang.
Jaehyun tetap duduk di kursinya, masih memandangi pintu rumah sakit yang perlahan menelan punggung Taeyong. Ia menarik napas dalam, menenangkan suara hatinya yang sempat berharap, meski tahu harapan itu terlalu rapuh untuk dibebani kenyataan.
Di sisi lain, Taeyong melanjutkan harinya dengan ritme kerja yang nyaris seperti kemarin. Penuh jadwal, diskusi pasien, dan jadwal konsultasi. Waktu bergulir hingga jam makan siang tiba. Mingyu muncul seperti biasa di depan ruangannya dengan senyum hangat dan pembawaan tenang yang makin lama makin mudah membuat Taeyong mengangguk setuju tanpa banyak tanya.
"Ada kafe baru tidak jauh dari rumah sakit. Aku sempat ke sana kemarin, cukup nyaman dan sepi. Mau coba? Sekalian membahas kelanjutan case kemarin." Tanya Mingyu sambil menyodorkan jaket tipisnya, seolah Taeyong sudah pasti akan ikut.
Taeyong tidak banyak berpikir. "Boleh." Jawabnya, menyambar ponsel dan dompet.
Dan benar saja, tempat yang mereka tuju ternyata tidak asing. Dari kaca luar, Taeyong bisa membaca nama kafe yang seketika membuat langkahnya melambat. Suara di kepalanya memutar ulang kata-kata Jaehyun pagi tadi.
Kafe dekat rumah sakitmu.
Wajahnya menegang seketika, tapi Mingyu tidak menyadari. Ia mendorong pintu masuk lebih dulu, sibuk menyapa pelayan di dekat meja kasir. Taeyong menyusul dengan langkah yang lebih ragudan begitu matanya menyapu ke arah dalam ruangan, ia langsung melihatnya.
Jaehyun.
Duduk di salah satu meja panjang di sisi ruangan. Di hadapannya, beberapa orang tampak berdiskusi serius, buku catatan dan laptop terbuka di meja. Tapi bukan itu yang membuat dada Taeyong terasa sesak.
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Between The Lines (JAEYONG)
ФанфикшнApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 16
Начните с самого начала
