Dan saat ia membuka pintu rumah, lampu ruang tengah masih menyala. Sepasang sepatu Jaehyun tertata di rak seperti biasa. Suasana rumah hening, tapi tidak kosong. Dan entah mengapa, langkah Taeyong terasa semakin berat ketika masuk ke dalamnya.
Jaehyun mendongak dari sofa ruang tengah, tempatnya duduk sejak beberapa menit lalu dengan televisi menyala tapi tak benar-benar ia tonton.
Beberapa detik kemudian, langkah kaki pelan terdengar dari arah lorong. Jaehyun tetap diam di tempatnya. Dan tak lama, sosok Taeyong muncul dari balik dinding.
Mata mereka bertemu.
"Hai." Sapa Taeyong pelan, meletakkan tas kerjanya di atas meja kecil dekat dinding.
Jaehyun membalas dengan senyum tipis. "Sudah selesai?"
Taeyong mengangguk. "Iya."
Jaehyun mengangguk pelan, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arah layar televisi yang masih menayangkan drama keluarga larut malam. Hening melingkupi mereka. Taeyong berdiri di tempatnya, seolah tidak tahu harus duduk atau langsung masuk ke kamar.
Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya ia melangkah dan duduk di sisi sofa, dengan jarak yang cukup aman antara mereka. Ia tidak menoleh, tapi Jaehyun tahu ada sesuatu di benaknya.
"Terima kasih." Ucap Taeyong tiba-tiba.
Jaehyun menoleh, sedikit terkejut. "Untuk apa?"
"Karena tidak pernah bertanya terlalu banyak." Jawab Taeyong pelan. "Dan karena tetap bersikap tenang... walaupun kau tahu."
Jaehyun mengamati wajah di sampingnya. Taeyong tampak lelah, tapi tidak dalam arti fisik. Matanya penuh, tapi tidak menangis. Seolah ada sesuatu yang sedang ditahan. Sesuatu yang sama-sama mereka tahu, tapi belum berani diucap.
"Aku berusaha menepati bagianku dari kesepakatan kita," ujar Jaehyun. "Itu saja."
Taeyong menggigit bibir bawahnya perlahan. "Aku tahu..."
Beberapa detik hening lagi. Lalu Taeyong bangkit perlahan dari duduknya. "Aku ke kamar dulu. Kau juga sebaiknya tidur."
Jaehyun mengangguk pelan. "Hm, kau juga."
Taeyong berbalik, melangkah perlahan menuju kamarnya. Tapi sebelum ia menghilang di lorong, Jaehyun sempat memanggilnya lagi, suara nyaris seperti bisikan.
"Taeyong."
Langkah itu berhenti.
"Selamat pulang."
Taeyong menoleh pelan. Wajahnya terlihat sedikit terkejut, tapi segera berubah menjadi lembut. Ia mengangguk sekali.
"Terima kasih." Ucapnya lirih.
Lalu ia kembali berjalan. Meninggalkan Jaehyun seorang diri di ruang tengah yang kini terasa lebih dingin dari sebelumnya.
Jaehyun menatap kosong ke layar televisi, lalu menghela napas panjang. Dalam kepalanya hanya ada satu kalimat yang terus berputar. Selama kau masih pulang ke rumah ini... aku akan tetap diam di tempatku.
**
Langit di atas Seoul pagi itu cerah. Tapi dalam mobil hitam di jalanan lengang, dua orang duduk dalam diam, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Ada jarak yang tak terlihat, tapi jelas terasa.
Sampai akhirnya mobil berhenti perlahan di depan pintu masuk rumah sakit tempat Taeyong bekerja. Mesin belum dimatikan dan keduanya masih terdiam. Taeyong sempat melepas sabuk pengamannya, tapi belum sempat membuka pintu, suara Jaehyun menahan langkahnya.
YOU ARE READING
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 16
Start from the beginning
