Begitu ia melangkah masuk ke ruang tengah, aroma masakan hangat langsung menyambut. Di dapur, Jaehyun sedang membelakangi pintu, mengenakan apron hitam yang biasa ia pakai saat memasak. Lengan kemejanya digulung, rambutnya sedikit berantakan, dan dari caranya bergerak terlihat jelas bahwa ia sudah cukup lama berdiri di sana.
Taeyong hanya berdiri di ambang pintu ruang tengah, tidak mengucapkan apa-apa. Ia hanya menatap punggung Jaehyun, dan untuk sesaat dunia terasa lambat. Bukan karena perasaan cinta yang tiba-tiba muncul. Tapi karena kehadiran Jaehyun yang diam-diam terasa seperti rumah, terasa tetap, walau Taeyong sendiri mulai tak yakin dengan hatinya.
Jaehyun akhirnya menyadari kehadiran Taeyong, ia menoleh dan tersenyum kecil.
“Aku kira kau pulang lebih malam.” katanya ringan. “Aku masak sup kimchi. Kau kelihatan lelah.”
Taeyong berusaha membalas senyum itu, meski hanya dengan tarikan tipis di ujung bibirnya.
“Seharian ini cukup padat,” ucapnya sambil mendekat dan meletakkan tasnya di sofa. “Terima kasih sudah memasak.”
“Kalau begitu mandi dulu, nanti aku hangatkan supnya lagi.” Nada suara Jaehyun tenang, tapi tak ada yang bisa menyembunyikan nada halus kekhawatiran yang menyusup di antara kalimatnya.
Taeyong hanya mengangguk, dan sebelum ia melangkah ke arah kamar, ia sempat berhenti sejenak, menoleh pada Jaehyun yang kini kembali mengaduk panci di atas kompor.
“Aku... senang bisa pulang dan kau ada di rumah,” katanya lirih, nyaris tak terdengar.
Jaehyun menoleh pelan, menatap punggung Taeyong yang kembali berjalan menjauh, dan untuk alasan yang tidak bisa ia definisikan, hatinya kembali terasa sesak. Tapi ia hanya mengangguk kecil, meski Taeyong tak lagi melihat.
“Aku juga senang kau masih pulang ke rumah ini.” bisik hati Jaehyun dalam diamnya.
**
Meja makan sudah tertata rapi. Sup kimchi yang kini hangat kembali, sepiring banchan yang sederhana tapi lengkap, dan dua mangkuk nasi yang baru saja dituang dari penanak.
Taeyong menyuapkan sendok pertamanya dengan pelan.
“Supnya enak.” ucapnya, ringan.
Jaehyun hanya tersenyum kecil dari seberang meja. “Resep eomma.”
Setelah itu, hening kembali menguasai ruang makan mereka. Hanya terdengar suara sendok bertemu mangkuk, dan detak jam dinding yang terasa sedikit terlalu nyaring.
Beberapa menit berlalu sebelum akhirnya Jaehyun meletakkan sendoknya. Ia menegakkan tubuhnya, lalu mengangkat wajahnya untuk menatap Taeyong. Sorot matanya tenang, tenang sekali, seperti danau yang permukaannya tampak teduh padahal di bawahnya ada arus yang saling berbenturan.
“Taeyong,” panggilnya pelan.
Taeyong langsung mengangkat kepala, menatap balik. “Hm?”
Jaehyun menelan napasnya. “Aku... sudah berpikir banyak hari ini.”
Taeyong tidak menjawab, hanya menatap Jaehyun sambil menanti kelanjutannya.
“Kalau kau memang mulai menyukai Mingyu... Aku tidak keberatan.” ujar Jaehyun, suaranya datar tapi tak kehilangan kelembutan.
Satu kalimat itu membuat Taeyong nyaris menahan napas.
“Aku tahu ini bukan hal yang mudah. Dan aku juga tahu kita sepakat tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing. Tapi tetap saja... karena kita sudah menikah, kurasa aku harus mengatakan ini.” Jaehyun menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, pandangannya tak lepas dari Taeyong. “Aku tidak keberatan, asal tidak ada yang tahu. Khususnya orang tua kita.”
“Jaehyun——”
“Taeyong,” potong Jaehyun cepat, suaranya masih tenang, bahkan lebih tenang dari malam-malam sebelumnya, tapi di dalam ketenangan itu ada sesuatu yang terasa terlalu damai, seperti seseorang yang sudah menerima hasil akhirnya, apa pun itu.
DU LIEST GERADE
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 15
Beginne am Anfang
