“Kau tidak harus selalu melakukannya.” Gumam Taeyong akhirnya. “Aku bisa mencuci piring.”

Jaehyun hanya menoleh sebentar dan menjawab ringan. “Aku tahu.”

Lalu kembali ke pekerjaannya, menyelesaikan satu hal kecil demi satu hal kecil, seolah dengan begitu ia bisa mengatur ulang ritme pikirannya yang terlalu sering kacau akhir-akhir ini.

Taeyong berdiri perlahan, menghampiri wastafel tempat Jaehyun masih berdiri, lalu bersandar di sisi meja. Untuk beberapa detik tidak ada yang bicara. Hanya bunyi air mengalir dan bunyi piring yang bersentuhan satu sama lain.

“Aku tahu akhir-akhir ini aku sibuk sekali,” ujar Taeyong pelan, “tapi aku tidak bermaksud mengabaikan apa pun di antara kita.”

Jaehyun mengangguk singkat, tidak berhenti membilas mangkuk terakhir.

“Aku mengerti.” Balasnya.

“Aku serius.”

“Dan aku juga tidak pernah berpikir kau tidak serius.” Kata Jaehyun, akhirnya mematikan keran air lalu mengeringkan tangannya dengan handuk kecil. Ia menoleh, menatap Taeyong. “Kau tidak harus menjelaskan apa-apa, Tae. Kita berdua tahu peran kita. Ini... hanya kontrak.”

Taeyong menghela napas panjang, seperti tidak menyukai jawaban itu. Tapi ia juga tidak tahu harus membantah dari bagian yang mana. Karena kenyataannya, apa yang dikatakan Jaehyun benar. Itu yang mereka sepakati sejak awal.

Namun mengapa dada terasa sesak?

“Kau tidur, ya.” Ucap Jaehyun pelan, sambil berjalan melewati Taeyong. “Aku ingin baca sebentar sebelum tidur.”

Taeyong tidak menahan langkahnya. Ia hanya memandangi punggung Jaehyun lagi-lagi menjauh dan untuk alasan yang tidak ia mengerti, malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya.

Setelah berdiam diri cukup lama, Taeyong menyusul langkah Jaehyun tanpa suara, hanya bayangan punggung mereka yang beriringan dalam diam seperti dua garis sejajar yang tidak pernah saling menyentuh.

Sesampainya di lantai dua, keduanya sama-sama terdiam sejenak di depan dua pintu kamar yang saling berdampingan.

Jaehyun membuka pintunya lebih dulu. “Istirahat yang cukup, besok kau punya jadwal pagi, kan?”

Taeyong mengangguk pelan. “Iya. Kau juga, jangan tidur terlalu larut.”

Jaehyun menatap Taeyong beberapa detik, bibirnya bergerak seperti ingin mengatakan sesuatu… tapi yang keluar hanya. “Selamat malam.”

“Selamat malam.” Balas Taeyong, nyaris seperti bisikan.

Keduanya masuk ke kamar masing-masing. Pintu tertutup perlahan.

**

Keesokan paginya, di dalam mobil, suasana tetap sunyi. Hanya suara radio yang diputar pelan, lagu-lagu pagi yang biasanya terasa ringan kini seakan tidak mampu mengimbangi beratnya pikiran masing-masing. Jaehyun sesekali melirik ke arah Taeyong yang sibuk dengan ponselnya, mungkin membaca pesan dari tim rumah sakit atau... mungkin bukan.

Tidak lama kemudian mobil mereka berhenti perlahan di depan pintu masuk rumah sakit. Jaehyun memarkir di jalur drop-off seperti biasa.

“Kau ada operasi hari ini?” tanya Jaehyun, mencoba terdengar biasa.

Taeyong mengangguk. “Ada satu, siang nanti. Jadwalnya diganti karena ada pasien baru yang masuk semalam.”

“Semangat, Dokter Taeyong.” Kata Jaehyun singkat, mencoba menyembunyikan senyum yang sedikit lebih kaku dari biasanya.

Between The Lines (JAEYONG)Место, где живут истории. Откройте их для себя