Begitu pintu tertutup dan tubuh Taeyong menghilang dari pandangan, Jaehyun menghela napas panjang.
**
Pagi di rumah sakit selalu dimulai dengan laporan pagi, jadwal kunjungan, lalu tumpukan catatan yang tak pernah habis. Tapi entah kenapa, saat Taeyong membuka pintu ruang staf, suasananya terasa sedikit berbeda. Ada percakapan pelan di sudut ruangan, beberapa rekan dokter saling bertukar pandang dengan ekspresi penasaran.
Begitu ia masuk, seorang perawat menghampirinya dan menyerahkan beberapa berkas pasien.
“Oh, Dokter Taeyong.” Ucapnya. “Hari ini ada briefing kecil dari direktur medis. Tentang dokter baru yang akan bergabung di divisi kardiologi anak.”
Taeyong mengangguk singkat, menerima berkas. “Sudah datang?”
“Katanya baru sampai pagi ini.”
Beberapa saat kemudian, di ruang rapat kecil, Taeyong duduk di antara beberapa staf dokter anak lain. Direktur medis datang tak lama kemudian, diikuti oleh seorang pria tinggi, berkulit tan dengan senyum tenang tapi percaya diri. Ia tampak muda, tapi dari caranya membawa diri, terlihat bahwa ia sudah lama berada di lapangan.
“Perkenalkan,” ucap Direktur, “ini Dokter Kim Mingyu. Spesialis Anak Subspesialis Kardiologi dari Busan. Mulai hari ini beliau akan bergabung dengan kita untuk memperkuat divisi kardiopediatri.”
Sontak seluruh ruangan memberi tepuk tangan pelan, menyambut kehadiran dokter baru itu. Taeyong menatap pria itu, mencoba mengenalinya. Nama Kim Mingyu memang tidak asing, ia pernah membaca beberapa publikasi jurnal yang ditulis pria itu. Fokus risetnya pada kelainan jantung bawaan pada bayi, topik yang tidak banyak digeluti.
“Senang bertemu kalian semua. Aku menyelesaikan pendidikan dasarku di Seoul, tapi menjalani subspesialisasi dan praktik di Busan selama beberapa tahun terakhir. Senang akhirnya bisa kembali ke kota ini. Aku juga antusias dengan rencana rumah sakit ini membentuk pusat layanan jantung anak dan aku harap bisa banyak berkontribusi ke sana.”
Nada bicaranya santai, bersahabat. Beberapa orang mulai mengobrol ringan dengannya setelah rapat selesai. Taeyong sempat berdiri, hendak kembali ke ruangannya, saat suara tenang Mingyu menyapanya lebih dulu.
“Dokter Lee Taeyong, ya?”
Taeyong menoleh dan mengangguk. “Jung Taeyong. Selamat datang.”
Mingyu terlihat terdiam sesaat tapi tidak lama senyum ramah kembali terpatri di bibirnya.
“Aku pernah baca kasus laporanmu di jurnal pediatri Seoul tahun lalu. Tentang bayi dengan TOF yang diobservasi konservatif sampai usia operatif. Penanganannya sangat rapi.”
Taeyong mengerjap sedikit, tidak menyangka akan mendapat komentar semacam itu. “Terima kasih. Itu kasus yang cukup kompleks.”
Mingyu tersenyum. “Kalau kau tidak sibuk nanti, aku ingin lihat-lihat ICU anak. Sekalian mulai pelajari alur di sini.”
Taeyong mengangguk pelan. “Tentu. Aku bisa menemanimu ke sana nanti siang.”
“Bagus. Aku masih harus isi beberapa dokumen. Sampai jumpa nanti, Dokter Taeyong.”
Taeyong hanya mengangguk sebelum berjalan kembali ke ruangannya. Langkahnya pelan, pikirannya belum sepenuhnya kembali dari percakapan singkat itu.
Mingyu… sopan, tenang dan terlihat sangat profesional. Tapi yang paling menarik perhatian Taeyong adalah caranya memandang, bukan dengan penilaian tapi dengan minat dan rasa hormat. Dan entah kenapa, sorot matanya itu terasa terlalu jelas untuk diabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between The Lines (JAEYONG)
Fiksi PenggemarApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 9
Mulai dari awal
