Pendeta mengangguk, lalu memberkati cincin mereka.

“Cincin adalah lambang kasih yang tidak terputus, kesatuan yang abadi. Dengan cincin ini, kalian mengikat janji suci kalian satu sama lain.”

Jaehyun menyematkan cincin ke jari manis Taeyong, begitu pun sebaliknya.

“Dengan ini,” ujar sang pendeta, suaranya kini lebih lantang namun tetap lembut, “aku menyatakan kalian sebagai pasangan suami dan istri yang sah.”

Tepuk tangan bergema dari para tamu. Tidak gegap gempita tapi cukup untuk menjadi saksi bahwa momen itu benar-benar terjadi. Bukan sekadar akting atau pura-pura. Tapi janji.

“Sekarang kalian boleh saling mencium.” Ujar pendeta dengan senyum lembut, langkahnya mundur memberi ruang bagi dua pria yang kini sah menjadi pasangan dalam ikatan suci pernikahan.

Jaehyun menatap Taeyong. Tidak ada keraguan, tidak juga keterpaksaan. Hanya satu ekspresi yang terbaca di wajahnya, ketulusan.

Perlahan, ia mengangkat tangan, menyentuh pipi Taeyong dengan lembut dan mendekatkan wajahnya. Ia tidak mengecup bibir atau pipi. Sebaliknya, Jaehyun menunduk sedikit dan mengecup kening Taeyong dengan begitu dalam... lama, penuh makna.

Taeyong memejamkan mata. Dadanya terasa sesak, seolah ada sesuatu yang mendesak dari dalam tapi tidak bisa ia uraikan. Hatinya berdentam pelan, tidak mengerti kenapa ciuman itu terasa begitu hangat... dan menyakitkan di saat bersamaan.

Tanpa sadar, setetes air mata jatuh dari sudut matanya, menelusuri pipi tanpa suara.

Jaehyun merasakannya. Bukan dari air mata itu, tapi dari bagaimana tubuh Taeyong menarik napas panjang seperti menahan sesuatu yang ingin tumpah. Ia perlahan menarik diri dari kecupan kening itu tepat ketika suara tepuk tangan dari para tamu kembali menggema di dalam ruangan.

Matanya langsung tertuju pada wajah Taeyong. Di sana, tepat di pipinya, terlihat jejak bening yang baru saja jatuh.

Jaehyun tidak berkata apa-apa.

Ia hanya mengangkat tangannya, menyentuh lembut pipi Taeyong dan mengusap bekas air mata itu dengan ibu jarinya. Senyum tipis muncul di wajahnya, senyum yang seolah ingin berkata, ‘Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja.’ walau dirinya sendiri sedang berjuang menahan sesak di dalam dada.

Setelahnya, mereka berdua berbalik menghadap ke depan. Tangan mereka masih saling menggenggam.

Di barisan paling depan, dua keluarga besar mereka berdiri. Kedua orang tua Jaehyun dan Taeyong, semua tersenyum penuh haru. Kedua ibu mereka tidak mampu menyembunyikan tangis pelan yang kini membasahi mata. Air mata bahagia, itulah yang mereka pikirkan.

Lalu ada Johnny, Ten, Yuta dan Doyoung. Keempat sahabat itu berdiri dengan senyum yang tidak bisa dijelaskan, senyum yang hanya dimiliki oleh mereka yang tahu betul cerita di balik semua ini.

Mereka tahu... betapa dalam cinta Jaehyun.

Mereka tahu... betapa besar keraguan Taeyong.

Dan mereka juga tahu... bahwa apa pun yang akan terjadi setelah ini, tidak akan mudah. Tapi di hadapan mereka sekarang, Jaehyun dan Taeyong berdiri saling menggenggam, dalam balutan janji yang sudah terucap dan tidak bisa ditarik kembali.

Bahkan jika semua ini hanyalah kontrak, tidak ada satu pun yang bisa menyangkal bahwa momen itu… terasa nyata. Terlalu nyata untuk disebut pura-pura.

**

Pesta pernikahan digelar tak lama setelah janji suci diucapkan.

Mereka berdua, Jaehyun dan Taeyong, hanya memiliki waktu sebentar untuk berganti pakaian setelah pemberkatan selesai, sebelum kembali muncul di ruangan resepsi yang telah ditata mewah namun tetap terasa hangat dan sederhana.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now