Taeyong menunduk sebentar. “Aku tahu. Aku juga bingung. Tapi... aku tidak bisa menolak saat melihat betapa bahagianya mereka. Ini mungkin terdengar gila tapi aku tidak mau mengecewakan siapa pun.”
Johnny masih menatap Jaehyun. Ten meremas tangan kekasihnya perlahan. Yuta menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, ekspresinya sulit ditebak.
“Aku harap kalian tahu apa yang kalian lakukan.” Ucap Yuta akhirnya. “Karena setelah ini... tidak akan ada jalan yang benar-benar bersih tanpa luka.”
Jaehyun mengangguk pelan. Taeyong hanya diam.
**
Persiapan pernikahan berjalan dengan tempo cepat, terlalu cepat bahkan. Seolah waktu tidak ingin memberi mereka jeda untuk berpikir ulang.
Jaehyun dan Taeyong resmi menyandang status pasangan yang akan menikah. Meski hanya dalam kesepakatan diam-diam, dunia di sekitar mereka memperlakukan ini seolah nyata. Seolah ini adalah cinta yang benar-benar utuh, bukan sandiwara dua sahabat yang mulai kehilangan arah dalam batas yang mereka ciptakan sendiri.
Ten dan Doyoung menyempatkan waktu membantu setiap kali pekerjaan rumah sakit mengizinkan. Kadang datang terlambat ke pertemuan dengan vendor, kadang hanya bisa ikut lewat panggilan video. Tapi mereka tetap ada, terutama Ten, yang kini lebih banyak memperhatikan Taeyong diam-diam, tanpa komentar seperti biasanya.
“Ini terlalu cepat.” Ucap Ten pelan suatu malam saat mereka baru keluar dari toko bunga untuk dekorasi acara.
“Aku tahu.” Taeyong menjawab, menggenggam ponselnya erat.
“Dan kau tetap melanjutkannya?”
Taeyong menatap lurus ke depan. “Kami tidak bisa mundur lagi, Ten.”
Sementara itu, Johnny dan Yuta jadi penopang utama bagi Jaehyun. Mereka lebih leluasa secara waktu dan Johnny yang sudah seperti saudara kandung bagi Jaehyun, memastikan semuanya berjalan sempurna. Mereka memilih venue, udangan, mencocokkan palet warna, bahkan meninjau rundown acara seperti wedding planner profesional.
Suatu siang, Jaehyun dan Johnny duduk berdua di ruang tunggu butik tempat mereka melakukan fitting jas pengantin.
“Bagaimana perasaanmu sekarang?” Tanya Johnny sambil memainkan gelas kopi yang sudah setengah dingin.
“Seperti orang yang akan dihukum karena kejujurannya sendiri.” Jawab Jaehyun pelan.
Johnny menatap Jaehyun beberapa saat. “Kau masih bisa berhenti kalau mau.”
Jaehyun hanya menggeleng.
Dan hari ini pemotretan pre-wedding tiba.
Lokasi diatur di sebuah rumah kaca penuh cahaya di pinggiran kota. Tempat yang tenang, hangat dan tampak seperti keluar dari halaman buku dongeng. Johnny yang menjadi fotografer. Ia memang punya kemampuan itu sejak kuliah dan Jaehyun mempercayainya lebih dari siapa pun untuk hal seperti ini. Ten yang kebetulan libur hari itu juga ikut menemani, bertugas memastikan rambut dan detail pakaian keduanya tetap rapi sepanjang pemotretan.
“Sedikit ke kanan, Yong.” Kata Johnny di balik kamera, tangannya sigap mengatur sudut.
Jaehyun berdiri di samping Taeyong, keduanya mengenakan setelan jas putih gading yang terlihat kontras dengan warna hijau lembut di sekeliling mereka.
“Pegang tangannya.” Kata Johnny.
Jaehyun melakukannya. Genggamannya erat, sedikit terlalu erat. Tapi Taeyong tidak menarik diri.
“Coba saling tatap.” Lanjut Johnny.
Mereka saling memandang. Dan di balik lensa, Johnny menahan napas. Sorot mata Jaehyun... terlalu dalam untuk dikatakan akting.
YOU ARE READING
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 6
Start from the beginning
