Saat itulah, ayah Jaehyun membersihkan bibirnya dengan serbet dan menatap mereka berdua, suaranya pelan namun cukup jelas terdengar.

“Aku dan Eommamu benar-benar bahagia mendengar kabar dari Eomma Taeyong kemarin. Kami sempat terkejut, tentu saja… tapi lebih dari itu, kami sangat lega.”

Eomma Jaehyun mengangguk. “Kalian ini… sudah saling kenal hampir seumur hidup. Kami melihat kalian tumbuh bersama, saling menjaga, saling memahami. Dari dulu, kami tahu ada sesuatu yang istimewa di antara kalian.”

“Kami percaya pada kalian berdua.” Lanjut Appa. “Dan kami juga ingin mendukung apa pun yang kalian pilih selama itu membuat kalian bahagia. Tapi… ada satu hal yang ingin kami bicarakan.”

Taeyong dan Jaehyun menoleh bersamaan, sedikit tegang.

“Kami sudah berbicara dengan orang tua Taeyong pagi tadi.” Ucapnya tenang, tapi nada suaranya terdengar serius.
“Kami pikir… ini adalah waktu yang tepat. Kalian sudah dewasa, sudah lama saling mengenal dan menyayangi. Dan tidak ada lagi yang perlu diragukan.”

“Bukan hanya karena kami orang tua. Tapi karena kami tahu betul bagaimana kalian tumbuh bersama. Dan karena itu juga, kami semua sepakat… akan sangat bahagia jika kalian bisa menikah dalam waktu dekat.” Eomma menyambung.

Taeyong terdiam, kaget, meskipun senyumnya tetap terjaga. Jaehyun masih tak bersuara, matanya menatap piring di depannya seolah sedang menyusun kata dalam kepalanya.

Eomma Jaehyun menyentuh tangan Jaehyun yang ada di atas meja. “Tak perlu pesta besar, tak perlu terburu-buru. Tapi jika kalian bersedia… kami akan bantu segalanya. Kami hanya ingin melihat kalian bahagia dan benar-benar menjadi keluarga, bukan hanya lewat cerita masa kecil tapi juga sebagai pasangan yang sah.”

Suasana tiba-tiba berubah lebih hening, tapi bukan karena canggung. Justru karena semua yang baru saja dikatakan terasa terlalu nyata. Terlalu dekat dengan garis batas yang belum pernah mereka sepakati bersama.

Namun tidak ada yang langsung menolak. Tidak juga menjawab. Hanya anggukan kecil dan senyum-senyum ringan yang menggantung di antara mereka, seolah belum ada keputusan, tapi waktu terus berjalan.

Dan tekanan itu, pelan namun pasti mulai terasa di dada masing-masing.

**

Suara mesin mobil mengisi keheningan di dalam kabin. Jalanan kota mulai sepi, lampu-lampu dari ruko yang setengah tertutup dan lalu lintas malam menjadi satu-satunya saksi bisu percakapan yang tak kunjung dimulai.

Jaehyun menyetir dalam diam. Sementara Taeyong duduk di kursi penumpang dengan tubuh sedikit condong ke depan, kedua tangannya bertaut di atas pangkuan. Tidak satu pun dari mereka membuka mulut sejak keluar dari restoran tadi.

Hingga akhirnya Taeyong bersuara.

“Jaehyun…”

Nada suaranya pelan, hati-hati. Seolah tahu bahwa apa pun yang akan ia katakan setelah ini, tidak akan ringan.

“Aku tahu kesepakatan awalnya hanya sementara. Hanya sampai orang tuaku berhenti menekan soal perjodohan.”

Jaehyun tetap fokus ke jalan tapi rahangnya mengeras. Ia mendengarkan. Itu cukup.

“Aku juga mengira semuanya akan jauh lebih sederhana dari ini. Tapi ternyata… kita salah hitung.” Taeyong mengembuskan napas.

“Aku bahkan tidak tahu harus bereaksi apa saat Eomma-mu bicara soal pernikahan tadi.”

“Aku juga tidak tahu.” Jaehyun membalas pelan.

Taeyong tertawa hambar. “Lucu ya. Padahal ini hanya sandiwara tapi kenapa semuanya terasa makin nyata?”

Mobil berhenti di lampu merah. Jaehyun menoleh cepat ke samping, menatap Taeyong dengan ekspresi yang sulit ditebak.

“Aku sama bingungnya, Jaehyun.” Lanjut Taeyong. “Tapi setelah aku pikir-pikir... kalau semuanya sudah sampai sejauh ini... dan kalau memang kita tidak bisa mundur lagi…”

Ia berhenti sebentar. Lalu mengucapkan kalimat berikutnya dengan sangat pelan tapi jelas, cukup untuk membuat jantung Jaehyun seperti jatuh ke perutnya.

“…bagaimana kalau kita jalani saja sampai akhir?”

Jaehyun mengernyit. “Apa maksudmu?”

“Pernikahan.” jawab Taeyong cepat.

“Tapi bukan sungguhan. Pernikahan kontrak. Hanya kita yang tahu.”

Lampu berganti hijau tapi Jaehyun tidak langsung melajukan mobil. Ia menatap Taeyong, terpaku.

“Dan setelah pertemuan malam ini… aku benar-benar tidak tega melihat wajah Eomma dan Appamu. Mereka kelihatan sangat bahagia.”

“Aku tahu.” Ucap Jaehyun akhirnya. Suaranya pelan, seperti keluar dari tenggorokan yang kering. “Tapi itu justru masalahnya, Taeyong. Semuanya jadi terasa terlalu nyata.”

“Kita bisa membuat perjanjian. Ada batas waktu. Ada syarat. Tidak akan menggantikan kehidupan pribadi kita dan setelah semuanya selesai… kita bisa ‘bercerai’ baik-baik.”

Mobil mulai bergerak perlahan tapi isi kepala Jaehyun penuh kekacauan. Ia tahu betul ini bukan ide baik. Ini akan jadi luka yang lebih besar jika diteruskan.

Hening. Detik berdetak di antara mereka seperti gema yang mengisi ruang kosong.

Jaehyun menghela napas panjang lalu membuka suaranya dengan nada yang lebih tegas.

“Taeyong… pernikahan itu bukan sesuatu yang bisa dijadikan alat bantu dalam situasi seperti ini. Ini bukan sekadar status di atas kertas. Bukan juga permainan teater yang bisa kita tutup tirainya kapan saja.”

Ia menatap Taeyong dalam dan sungguh-sungguh.

“Pernikahan adalah janji suci. Ikrar di hadapan Tuhan. Sekali seumur hidup, Taeyong. Aku tidak bisa begitu saja mempermainkan sesuatu yang sakral seperti itu.”

Taeyong terdiam sesaat, seperti mencerna setiap kata yang keluar dari bibir Jaehyun. Ia tahu Jaehyun benar. Tapi ia juga tahu situasi mereka tidak lagi sesederhana itu.

“Aku tahu…” Ucapnya pelan.

“Aku juga percaya kalau pernikahan adalah hal yang sakral. Tapi aku juga percaya pada satu hal lainnya, Jaehyun…”

Jaehyun memandangnya sekilas sebelum akhirnya kembali fokus ke depan.

“…Aku percaya padamu. Aku tahu kau tidak akan menjatuhkan martabat dari janji suci itu. Bahkan dalam bentuk kontrak pun… aku tahu kau akan menjalani semuanya dengan bertanggung jawab.”

Jaehyun kembali terdiam. Ia bisa saja berkata tidak. Ia punya seribu alasan untuk menolak. Tapi dengan Taeyong menatapnya seperti itu, dengan tatapan memohon yang juga menyimpan banyak luka, semua alasannya runtuh begitu saja.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now