Jaehyun yang sejak tadi duduk tenang kini hanya bisa menatap lurus, rahangnya sedikit mengeras tapi ekspresinya tetap lembut.
Taeyong kembali menatap kedua orang tuanya. “Aku tidak bisa menerima perjodohan itu… karena aku sudah punya seseorang dalam hidupku.”
Ruangan mendadak sunyi. Hanya terdengar detik jam yang menggantung di dinding.
Appa perlahan menyipitkan mata. “Seseorang…?”
Taeyong mengangguk.
Kemudian, tanpa ragu, ia berkata, “Aku datang ke sini hari ini bukan sendiri. Aku datang bersama dia, orang yang selama ini selalu ada di sisiku.”
Ia menoleh ke Jaehyun sebentar, lalu kembali menatap Eomma dan Appa.
“Aku mencintai Jaehyun.”
Eomma menatap keduanya dengan mata membesar, shock jelas terlihat. Tapi bukan karena marah. Justru seperti sedang mencerna kenyataan yang baru saja dihadapkan padanya.
Sedangkan Appa… diam. Matanya berpindah dari wajah putranya, lalu ke Jaehyun, lalu kembali lagi ke Taeyong.
“Jaehyun?” Gumamnya nyaris tak terdengar.
Jaehyun perlahan membungkukkan badan sedikit. “Ne, Appa… Eomma. Maaf karena baru sekarang kami memberi tahu.”
Eomma masih tak bersuara. Ia menatap Jaehyun lama, lalu perlahan menggeser pandangannya ke putranya sendiri. Wajahnya terlihat lebih lembut dibandingkan Appa.
“Oh…” Gumamnya pelan, matanya mulai berkaca-kaca. “Taeyong-ah…”
Taeyong menahan napas, tubuhnya kaku menanti reaksi. Tapi bukan kemarahan yang ia terima. Bukan pula penolakan.
Eomma menyentuh tangan anaknya dengan lembut. “Kau tahu, sayang… Eomma dan Appa tidak pernah peduli pada siapa kau jatuh cinta. Perempuan atau laki-laki, selama orang itu mencintaimu dan menjagamu dengan baik… maka itu sudah cukup untuk kami sebagai orang tuamu.”
Taeyong berkedip cepat, menahan air mata yang mulai menggenang. Sementara Jaehyun yang duduk di sampingnya menunduk perlahan, matanya memanas.
Appa akhirnya bicara. Suaranya dalam, pelan tapi jelas penuh emosi. “Kau tahu, dari dulu Appa selalu percaya bahwa siapa pun yang ada di sisimu akan sangat beruntung karena memilikimu dalam hidupnya. Dan kalau ternyata orang itu adalah Jaehyun… maka kau pun beruntung, Nak.”
Ia mengalihkan pandangan ke Jaehyun, menatapnya dalam-dalam. “Jaehyun-ah, sejak kau kecil, kau sudah seperti anak kami sendiri. Kau tumbuh bersama Taeyong, kau melindunginya, selalu ada untuknya, bahkan lebih dari yang bisa kami lakukan kadang-kadang.”
Jaehyun menatap Appa dengan mata berkaca-kaca. “Appa…”
“Kami percaya padamu, Nak. Kami tahu, Taeyong tidak akan salah memilih jika itu kau.”
Eomma mengangguk, kali ini menatap Jaehyun dengan senyum yang lebih hangat lagi. “Kami bahkan pernah bercanda dulu, bahwa kalau satu hari nanti Taeyong tidak membawa pulangmu sebagai pasangannya, kami yang akan memaksanya.” Ia terkekeh pelan, dan Taeyong ikut tertawa di antara haru.
Suasana di ruang tamu yang awalnya dipenuhi ketegangan kini berubah menjadi selimut hangat penuh penerimaan. Tak ada amarah. Tak ada penolakan. Hanya rasa lega dan syukur.
Jaehyun tersenyum tipis. Berusaha membalas kehangatan itu meski di dalam hatinya masih ada bagian yang tergores. Rasanya salah sekali berada di tengah keluarga ini sebagai kebohongan, padahal mereka dulu adalah rumah yang selalu membuatnya merasa diterima. Tapi saat ia melihat wajah Taeyong yang tampak begitu lega… ia tahu, kebohongan ini setidaknya telah memberikan ketenangan pada orang yang paling ia cintai.
DU LIEST GERADE
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 3
Beginne am Anfang
