Lagi-lagi hening sejenak. Taeyong menatap Jaehyun, seolah mencari reaksi. Tapi wajah Jaehyun tetap tenang, meski sorot matanya sedikit berubah.

“Siang tadi aku cerita pada Ten dan Doyoung.” Taeyong kembali bersuara. “Mereka awalnya menyarankan agar aku cari seseorang, kekasih pura-pura untuk dibawa ke hadapan orangtuaku.”

Jaehyun mengangguk kecil. “Itu terdengar… masuk akal.”

“Aku pikir juga begitu. Tapi aku tahu... akan rumit kalau harus minta tolong pada orang asing. Dan lalu... aku teringat padamu.”

Jaehyun tidak bereaksi, hanya diam, tapi sesuatu dalam dirinya mulai menegang.

“Jadi,” lanjut Taeyong, “aku butuh bantuanmu.”

Beberapa detik Jaehyun hanya menatapnya. Kemudian ia bertanya, suara rendah dan hati-hati,

“Bantuan seperti… mencarikan kekasih pura-pura untukmu?”

Taeyong langsung menggeleng cepat. “Bukan. Bukan itu.”

Ia menatap Jaehyun lurus-lurus, lalu menghembuskan napas perlahan sebelum akhirnya berkata.

“Aku ingin kau... yang menjadi kekasih pura-puraku, Hyun.”

Diam.

Udara mendadak terasa lebih berat. Kalimat itu melayang di antara mereka, menggantung lama di dalam ruangan senyap yang tadinya diisi tawa ringan.

Jaehyun memandang Taeyong dengan mata yang sulit ditebak. Tak ada kejutan yang meledak, tak ada penolakan yang langsung meletup. Hanya… diam. Tapi diam itu cukup untuk membuat Taeyong tahu, permintaan itu bukan hal kecil bagi Jaehyun.

Perlahan, Jaehyun bersandar ke sandaran kursinya. Kedua tangan disatukan di depan dada, bibirnya terkatup rapat. Lalu ia menggeleng kecil.

“Taeyong…”

Nada suaranya berat, pelan, nyaris seperti bisikan yang menahan gemuruh dalam dada.

“Aku tidak bisa...”

Taeyong mengerutkan kening. “Kenapa?”

“Aku menghormati orang tuamu,” lanjutnya. “sama seperti aku menghormati orang tuaku sendiri. Kau tahu itu.”

Taeyong menunduk, jari-jarinya meremas lutut celananya sendiri.

“Melakukan kebohongan seperti ini… aku takut akan merusak semua yang sudah terbangun. Kepercayaan mereka. Hubungan kita.”

“Tapi aku tidak punya pilihan,” sela Taeyong lirih, matanya mulai mencari tatapan Jaehyun kembali. “Mereka mengenalmu, Jaehyun. Sangat mengenalmu. Bahkan mungkin lebih dari teman-temanku yang lain.”

Ia menarik napas cepat.

“Kalau aku datang dengan orang asing, mereka pasti curiga. Tapi kalau bersamamu... mereka tidak akan banyak bertanya. Tidak akan merasa aneh. Dan yang paling penting, mereka akan percaya.”


Jaehyun masih menatapnya diam-diam, rahangnya sedikit mengeras.

Between The Lines (JAEYONG)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt