Hening sejenak.

Johnny dan Yuta saling pandang. Keduanya tahu, apapun yang akan diminta Taeyong, Jaehyun akan mengangguk.

Karena Jaehyun selalu mengangguk jika itu untuk Taeyong.

Tapi sebelum suasana makin berat, Johnny bangkit berdiri, mengangkat botol tehnya tinggi-tinggi. “Baiklah. Mari kita rayakan kedatangan tamu istimewa kantor ini dengan rapat yang selesai sebelum jam empat.”

Yuta tertawa kecil dan menepuk bahu Jaehyun. “Kami di sini, Jae. Apa pun yang terjadi nanti.”

Jaehyun tersenyum tipis, kali ini tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan gugup yang tumbuh di dada. Ia menatap jam di dinding.

Dua jam lagi.

Dan entah kenapa, waktu terasa berjalan terlalu lambat… dan terlalu cepat, di saat yang sama.

**

Pintu ruangan terbuka dengan pelan, memperlihatkan Taeyong yang berdiri dengan tangan menyelip di saku celananya. Jaehyun yang sedang membolak-balik dokumen langsung menoleh dan senyum kecil terbit begitu melihat siapa yang datang.

“Lama menunggu?” Tanya Taeyong begitu masuk, mencoba tersenyum.

“Tidak. Aku bahkan nyaris lupa waktu karena laporan dari Yuta barusan.” Jawab Jaehyun, berdiri dan menghampiri. “Kau langsung dari rumah sakit?”

Taeyong mengangguk, lalu melepas jas dokternya dan meletakkannya dengan rapi di sandaran sofa. “Iya. Pasien terakhirku kabur ke ruang bermain sebelum disuntik, jadi aku agak telat.”

Jaehyun terkekeh kecil. “Kau memang terlalu baik. Anak-anak jadi tahu kelemahanmu.”

“Kelemahanku bukan anak-anak.” Sahut Taeyong sambil duduk. “Tapi tangisan mereka.”

Keduanya tertawa ringan. Hening sejenak menyusul, namun bukan hening yang canggung. Lebih seperti jeda yang memberi ruang bagi mereka untuk menikmati kehadiran satu sama lain tanpa perlu banyak kata.

Ia duduk di hadapan Taeyong, lalu mencondongkan tubuh sedikit ke depan.

“Lalu,” katanya pelan. “apa yang ingin kau bicarakan tadi di telepon?”

Taeyong menunduk sesaat. Tangannya bermain di atas lutut, seolah menyusun ulang kalimat dalam kepala. Ia menarik napas pelan sebelum akhirnya mulai bicara.

“Aku pulang ke Busan kemarin, kau tahu kan?”

Jaehyun mengangguk.

"Appa dan Eomma baik-baik saja, kan?"

"Iya, mereka baik. Tapi bukan itu... kepulanganku kemarin bukan sekadar kunjungan biasa. Appa dan Eomma ingin menjodohkanku.”

Alis Jaehyun sedikit terangkat, tapi ia tidak menyela.

“Namanya Sera. Anak dari rekan bisnis Appa. Katanya… aku sudah dewasa dan terlalu lama tidak menunjukkan minat pada siapa pun.”

Jaehyun masih diam. Matanya hanya menatap Taeyong dalam, tenang, tapi penuh atensi.

“Aku menolak.” Lanjut Taeyong. “Tapi mereka bilang... satu-satunya cara agar perjodohan itu dibatalkan adalah hanya jika aku membawa seseorang yang kucintai ke hadapan mereka.”

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now