“Taeyong-ah, kau sudah sampai.”
“Iya, Eomma.”
Ibunya memeluknya singkat. Tidak lama kemudian, Appa-nya muncul dari ruang kerja, berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya.
“Ayo duduk. Appa ingin bicara.”
Mereka duduk di ruang tamu yang dingin, meski pendingin udara belum dinyalakan. Hening sejenak, hanya suara cangkir diletakkan di atas meja yang terdengar. Tatapan kedua orang tuanya penuh harap dan serius.
“Kami sudah lama mempertimbangkan hal ini.” Buka Appa-nya perlahan. “Dan rasanya ini waktu yang tepat untuk mengenalkanmu pada seseorang.”
Taeyong mengernyit. “Maksudnya?”
“Namanya Sera. Anak dari rekan bisnis Appa. Kami sudah beberapa kali bertemu dengannya. Dia gadis yang baik.”
“Mereka ingin menjodohkan kalian,” sambung Eomma-nya lembut. “hanya sekadar perkenalan. Tidak ada paksaan.”
Taeyong terdiam sesaat. Matanya menatap antara ibunya dan ayahnya bergantian. Lalu, dengan napas ditarik dalam, ia bersuara. “Jadi… Aku dipanggil pulang kesini hanya untuk dijodohkan?”
“Jangan pakai nada seperti itu.” Tegur Appa-nya.
“Lalu aku harus pakai nada seperti apa? Aku sudah bilang, aku belum ingin menjalin hubungan dengan siapa pun, Appa.” Suara Taeyong mulai meninggi.
Ayahnya bersandar di kursi, menyilangkan tangan. “Ini bukan hanya tentang kami. Ini tentang masa depanmu. Sera berasal dari keluarga yang baik. Kalian cocok secara latar belakang, pendidikan, bahkan nilai-nilai hidup.”
“Apa kalian pernah bertanya apa yang kuinginkan?”
“Taeyong.” Suara Eommanya melembut, “Kami khawatir. Kau tinggal sendiri di Seoul. Tidak pernah membawa siapa pun pulang. Tidak ada teman dekat yang kau kenalkan…”
Taeyong tertawa pelan, getir. “Jadi karena aku tidak memperlihatkan siapa pun, kalian simpulkan aku kesepian dan perlu dijodohkan?”
Suasana menjadi sangat tegang. Lalu Taeyong menyambar ranselnya dan berjalan cepat ke lantai dua, meninggalkan ruangan itu tanpa menoleh.
*
Pagi berikutnya, saat sarapan.
Ruang makan diisi suara denting sendok dan piring. Tak ada yang bicara selama beberapa menit.
Eomma-nya mencoba membuka obrolan. “Hari ini kamu ada rencana ke mana, Nak?”
“Ke Seoul.” Jawab Taeyong datar.
Ayahnya mendongak. “Kau baru datang kemarin, Taeyong-ah.”
“Aku hanya mengambil cuti dua hari.”
Eomma menatapnya, wajahnya terlihat sedikit kecewa. “Taeyong-ah, kami tahu kamu kesal. Tapi kami melakukan ini karena kami peduli…”
YOU ARE READING
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
Chapter 1
Start from the beginning
