"Astagaaa ... ini apa sih. Rebutan gue gitu?" Zea benar-benar frustrasi. "Seriously? Gue? Bukan Hana?" kepalanya bolak-balik memandang kedua lelaki itu.
Ray menarik lebih kuat, Kiyo makin sengaja mempermainkan situasi. Zea di tengah, antara ingin kabur atau mengunyah roti cokelatnya sekarang juga sebagai pelampiasan stres.
Tepat saat tensi memuncak, Gaska datang entah dari mana, menatap seluruh adegan itu seperti sedang menyaksikan sandiwara yang terlalu berisik.
"Berisik."
Suaranya memotong ketegangan dengan mudah. Ray dan Kiyo, meski enggan, perlahan melepaskan Zea dari genggaman mereka saat Gaska berdiri di hadapan Zea.
"Lo ikut gue."
Zea mengangkat alis, setengah kesal, setengah lega.
"Gaskaaa ...!" tanpa pikir panjang, langsung memeluk Gaska dengan erat, sebelum akhirnya bergeser untuk bersembunyi di balik punggung lelaki itu. "Bawa gue kabur, Gas, gelisah banget gue disini."
Seperti permintaannya, Gaska tidak memberi ruang untuk bantahan. Ia menarik Zea pergi, membawanya keluar dari drama yang tak pernah ia minta. Mereka berhenti di lorong sepi, hanya terdengar suara angin menyisir daun.
Gaska menatap Zea datar.
"Udah, diem aja. Lo nggak usah mikirin omongan mereka."
Zea merengut. "Gas, ini tuh bukan cuma omongan, ini udah kayak ... acara lelang. Gue capek."
Gaska diam, sebelum akhirnya mengusap kepala Zea ringan. Sentuhan yang membuat Zea terdiam, tidak siap dengan perlakuan Gaska yang biasanya cuek.
"Mereka rebutan lo karena ... lo emang nyebelin tapi bikin nagih."
Zea terkekeh geli. "Nggak tahu ya ... gue kayaknya butuh reset hidup."
.
Gudang yang semula penuh ketegangan kini perlahan hening. Zea sudah pergi bersama Gaska, meninggalkan hanya hawa panas yang belum benar-benar menguap.
Ray dan Kiyo berdiri terpaku beberapa detik, seolah baru menyadari mereka kehilangan sasaran di tengah kekacauan yang barusan terjadi.
Hana berdiri di sudut, punggungnya tegak, wajahnya tetap menampakkan ketenangan. Tapi matanya menajam, menatap dua pria itu yang tanpa sadar ikut menarik diri, meninggalkannya di belakang.
Mereka ... berjalan pergi. Tanpa satu pun melirik ke arahnya.
Hana mengatup bibir rapat. Tangannya mengepal kecil di balik rok yang rapi. Rasanya seperti tersengat sesuatu yang menyakitkan tapi tak kasat mata.
Ray, yang dulu selalu berdiri di sisinya, kini bahkan tak memperhatikannya sedikit pun.
Dan Kiyo, si tengil yang biasanya dengan mudah Hana giring jadi kaki tangan dalam rencana-rencana kecilnya, sekarang juga lebih sibuk menatap punggung Zea daripada dirinya.
"Aneh, ya ...." gumamnya pelan, setenang biasa. "Tadinya aku pikir ... kalian semua bakal tetap berdiri di pihak aku."
Zea yang harusnya jadi korban, kenapa malah menjadi pusat perhatian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking The Script [END]
Fiksi Remaja"Idih!" Zea mendelik, kali ini duduknya menghadap Ray, dengan kepala sedikit mendongak dan menatap lelaki itu garang. "Lo bukan Jungkook, atau Gaska yang pantes buat gue caperin. Nggak worth it!" "Fact one: you're annoying. Fact two: that's it." . S...
30.
Mulai dari awal
![Breaking The Script [END]](https://img.wattpad.com/cover/391600165-64-k179879.jpg)