Seyren tidak berniat mengubah citra Zea. Ia bukan pahlawan atau gadis baik yang ingin menebus kesalahan masa lalu, ia juga memahami alasan mengapa Zea bisa menjadi karakter yang angkuh dan selalu menempatkan diri diatas orang lain. Zea adalah gadis yang terlahir dari keluarga terpandang, setiap hari ia di doktrin untuk menjadi sosok yang sempurna oleh kedua orang tuanya, di yakinkan bahwa ia adalah yang terbaik diantara anak-anak lain.
Lalu, Zea bertemu dengan Ray, lelaki pertama yang mengerti dirinya. Singkatnya, mereka jatuh cinta dan berpacaran selama setahun, hingga akhirnya orang tua Zea memutuskan untuk mengirimnya ke Amerika, memaksa Zea untuk berhenti menghubungi Ray.
Entah bagaimana caranya, di tahun ke tiga sekolah menengah atas, Zea akhirnya kembali ke Indonesia, ia bahkan sengaja merencanakan untuk bersekolah di tempat yang sama dimana Ray menempuh pendidikan, ia sudah sangat bahagia akhirnya bisa bertemu kembali dengan Ray, namun betapa terkejutnya ia menemui fakta bahwa Ray kini membencinya, dan lelaki itu terang-terangan menjalin hubungan dengan gadis bernama Hana dihadapannya.
Gadis miskin, yang cuma bermodalkan otak, tapi bisa masuk ke sekolah para konglomerat ini. Gadis yang bahkan, menurut Zea, tidak pantas menggantikan posisinya.
Orang-orang yang membaca novel ini, sekilas akan menyalahkan Zea karena meninggalkan Ray tanpa memberi alasan yang jelas, dan mendukung Hana yang sudah menemani masa-masa kelam Ray selama Zea pergi.
Namun bagi Seyren, Zea layak mendapat kesempatan untuk memberi penjelasan pada Ray, Zea layak memberitahu orang-orang bahwa posisinya pun sulit tanpa Ray, tapi lelaki itu sama sekali tak memberinya kesempatan, orang-orang disekitarnya terlanjur membencinya.
Pada akhirnya, Zea memutuskan untuk benar-benar menjadi gadis yang jahat, yang tiap hari melancarkan segala upaya untuk menghancurkan hubungan antara Ray dan Hana, keputusan Zea yang satu itu agak di sayangkan. Tapi menurut Seyren, karakter Zea adalah karakter yang cukup manusiawi, yang lainnya kocak semua.
"Minggir." Zea melangkah angkuh melewati kerumunan murid-murid didekat rak camilan, kemudian mengambil kemasan-kemasan camilan itu tanpa kira-kira.
Mereka saling bertukar pandang, beberapa bahkan membelalak, tidak percaya dengan pemandangan yang baru saja mereka saksikan.
Zea-si anggun, si perfeksionis, si tuan putri sekolah-baru saja memborong camilan tanpa memedulikan citranya sama sekali.
"Oh my gosh ... Ze! Are you fucking kidding me?!"
Zea menoleh, mendapati gadis dengan lip gloss setebal iman kini tengah menatapnya ngeri, itu gadis yang mengajaknya berbicara didetik pertama ia memasuki dunia ini. Kalau tidak salah namanya Gisel, satu-satunya orang yang berpihak pada Zea di sekolah ini. Juga, sahabat Zea.
"Ze ... terlalu banyak kalori!" gadis itu menarik satu kemasan snack milik Zea dengan sentuhan hati-hati, tadinya ia berniat menaruhnya kembali ke rak, namun Zea malah memukul tangannya. "Seriously?"
"Dari pada lo ngatur-ngatur kalori gue, mending lo ...." gadis itu terkejut begitu Zea tiba-tiba membebankan semua makanan itu ke tangannya. "Bantu bawain gue ini."
Gisel mendengus kesal memandangi Zea yang kini melangkah ke meja kantin, meninggalkannya dengan titah tak terbantahkan, gadis itu memandangi semua camilan di pelukannya sebelum akhirnya menyapu pandangan ke sekitar, murid-murid yang tak sengaja bertemu pandangan dengannya segera memalingkan wajah.
Sebelum akhirnya, Gisel melihat seseorang yang baru masuk ke kantin, ia tersenyum miring. "Hey Hana ...," panggilnya mendayu.
Hana langsung menoleh ke arahnya, alisnya berkerut takut, tapi tetap menghampiri Gisel yang kini memanggilnya dengan lambaian tangan.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Breaking The Script [END]
Ficção Adolescente"Idih!" Zea mendelik, kali ini duduknya menghadap Ray, dengan kepala sedikit mendongak dan menatap lelaki itu garang. "Lo bukan Jungkook, atau Gaska yang pantes buat gue caperin. Nggak worth it!" "Fact one: you're annoying. Fact two: that's it." . S...
![Breaking The Script [END]](https://img.wattpad.com/cover/391600165-64-k179879.jpg)