08.

35.7K 2.1K 16
                                        

Vote dan komen kalian akan sangat membantu perkembangan cerita ini.

.

Hana bukanlah anak kandung keluarga Adinata. Sejak kecil, ia dibesarkan di sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Tidak ada yang tahu siapa orang tuanya, dan Hana pun tidak pernah terlalu memikirkannya. Ia tumbuh menjadi anak yang tenang dan mandiri, lebih banyak membaca buku dibanding bermain.

Saat memasuki SMA Cahaya Nusantara, sebuah sekolah elit yang hanya bisa dimasuki oleh mereka yang berasal dari keluarga kaya atau mereka yang benar-benar pintar, Hana mendapatkan beasiswa penuh. Kemampuannya dalam akademik luar biasa, menjadikannya sorotan di antara siswa lain.

Keluarga Adinata, yang merupakan donatur utama sekolah, awalnya hanya berniat membiayai pendidikannya. Namun, melihat kecerdasan dan sifat Hana yang rendah hati, mereka akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya menjadi bagian dari keluarga mereka.

Dari situlah Hana bertemu dengan Gaska, kakak angkatnya. Lelaki itu selalu terlihat dingin dan menjaga jarak, tetapi sebenarnya cukup peduli. Hana bisa merasakannya dari cara Gaska selalu memastikan ia tidak sendirian di lingkungan baru, atau dari caranya berbicara singkat tapi selalu tepat sasaran.

Namun, seperti yang sudah di takdirkan, Hana akhirnya terjebak dalam hubungan dengan Ray, seorang lelaki yang keras kepala, dominan, dan selalu ingin menang sendiri.

"Serius lo mau ngerjain tugas di rumah Hana?" Dira bertanya, memastikan bahwa Zea tidak sedang lupa ingatan hingga mau masuk ke habitat musuh.

Zea mengangguk mantap.

"Atau jangan-jangan, lo mau karna tahu disana bakal ada Ray yang ngapel?"

"Ew!" Zea langsung mendelik tak terima. "Tarik kembali kata-kata lo, bikin gue mimpi buruk aja!"

Taksi berhenti di depan sebuah rumah besar berdesain klasik dengan pagar besi hitam yang tertutup rapat. Zea dan Dira turun lebih dulu, masing-masing membawa kantung besar berisi kain dan bahan proyek busana mereka.

Hana sudah berdiri di depan pintu, begitu melihat mereka, ia langsung menghampiri dan tanpa banyak bicara, meraih salah satu kantung di tangan Zea.

Saat mereka berjalan menuju rumah, Zea melirik ke sekitar. Rumah keluarga Adinata memang besar. Bangunan dua lantai itu tampak lebih modern dengan dominasi kaca besar dan pagar minimalis. Dari luar, tidak ada tanda-tanda kehidupan, tapi Zea tahu pasti di dalam sana ada seseorang.

Zea tersenyum kecil. Meskipun tahu bahwa ia akan bertemu Ray di dalam, yang lebih menarik baginya adalah bertemu dengan Gaska, tuan rumah yang asli.

Begitu masuk ke dalam rumah, Zea melihat ruang keluarga sudah disiapkan untuk proyek mereka. Peralatan jahit tertata rapi di tengah ruangan, dengan satu mesin jahit yang sudah siap dipakai.

Hana meletakkan kantung di salah satu meja, lalu menatap mereka dengan senyum khasnya. Rumah ini mungkin megah, tapi dengan kehadiran Hana, suasana terasa lebih hangat.

Namun, kehangatan itu langsung pudar begitu Zea mengalihkan pandangan ke sofa panjang di sudut ruangan.

Ray duduk di sana, kaki disilangkan santai, satu tangan bertumpu di sandaran sofa, mata tajamnya terang-terangan menganalisis penampilan Zea yang tidak biasanya hari ini.

Zea yang selalu tampil modis dimanapun kapanpun, kini nampak tidak peduli hanya mengenakan sweater oversize, celana jeans, juga kacamata besar, bahkan riasan pun sepertinya tidak ia pakai hari ini. Benar-benar tampilan seseorang yang siap kerja lembur.

 Benar-benar tampilan seseorang yang siap kerja lembur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Breaking The Script [END]Where stories live. Discover now