23.

28.3K 1.6K 8
                                        

Sejak kapan Zea dan Gaska dekat?

Usai langkah terakhir di atas panggung, Zea menuruni runway dengan napas berat. Sorak sorai penonton terdengar membaur, namun tidak benar-benar masuk ke telinganya. Tatapannya langsung menyapu ke arah pintu aula.

Di sanalah Gaska, berdiri bersandar di ambang pintu, hoodie gelap dan raut datarnya masih sama seperti biasa. Tapi ada satu hal yang berbeda, matanya menatap lurus padanya, tidak berkedip.

Sebelum Zea sempat bergerak, suara sumbang memotong konsentrasinya.

"Gue masih nggak ngerti kenapa lo yang jadi partner gue." Kiyo melepaskan kaitan tangan mereka, langsung bernapas legah, akhirnya penyiksaan ini selesai juga.

Zea menoleh, senyumnya manis, tapi matanya sinis. "Karena cuma gue yang bisa bikin lo keliatan bagus."

"Lucu. Padahal tadi lo hampir keseleo."

"Tapi lo tetap pegangan sama gue sampe selesai. Makasih ya," bisik Zea, nadanya centil.

Kiyo mendecak. "Jangan GR. Gue cuma nyelamatin performa gue sendiri."

Zea nyengir. "Apa pun alesannya, tangan lo dingin banget lho. Grogi ya?"

Kiyo langsung melepas gandengan tangan mereka. "Ih, geli!"

Zea tertawa kecil, lalu langsung melangkah pergi—tanpa menoleh lagi.

Langkahnya cepat, mantap. Begitu jarak tinggal satu meter, tanpa aba-aba ia menabrakkan diri ke arah Gaska dan memeluknya dari samping, sangat erat.

Aula langsung hening.

Gaska terkejut. Tubuhnya menegang sepersekian detik sebelum perlahan menurunkan tangan Zea—bukan untuk melepaskan, melainkan untuk menggenggam satu tangannya.

Zea mendongak.

"Gue kira lo nggak bakal dateng."

Gaska mengangguk pelan. "Gue hampir nggak dateng."

"Terus kenapa akhirnya dateng?"

Gaska menarik napas pendek. "Soalnya lo kelihatan kayak orang yang butuh ditonton."

Zea mengerjap. "Lo ngejek?"

"Nggak," jawabnya tenang. "Lo keren barusan."

Zea mendesah. "Gue deg-degan setengah mati tadi. Tapi lo dateng pas terakhir, nyebelin banget."

"Biarkan efek dramanya dapet," gumam Gaska. "Lo suka kan yang dramatis."

Zea menatapnya, tajam tapi juga lelah. "Kadang gue nggak ngerti deh, lo tuh niat bikin gue kesel apa emang gayanya aja ngeselin."

Gaska mengangkat bahu. "Mungkin dua-duanya."

Zea ingin membalas, tapi mulutnya malah tersenyum duluan.

Gaska menatapnya lebih lama. "Lo peluk gue di depan semua orang, Zea."

"Terus kenapa?"

Breaking The Script [END]Where stories live. Discover now