07.

36.4K 2.2K 32
                                        

Vote dan komen kalian akan sangat membantu untuk perkembangan cerita ini.

.

Seyren membuka matanya perlahan. Pandangannya masih kabur, tapi ia bisa merasakan dinginnya udara yang mengalir di kulitnya. Tangannya spontan meremas sisi kursinya, seakan memastikan keberadaannya di tempat yang benar. Saat mata gadis itu mulai terbiasa dengan kegelapan, ia menyadari sesuatu yang janggal.

Ini kamarnya. Tapi ... terasa salah.

Udara di dalam sini begitu dingin, seperti sudah lama tak dihuni. Tak ada suara, tak ada tanda kehidupan, hanya ada satu sumber cahaya yang menyala di sudut ruangan-laptopnya. Layarnya terbuka, memperlihatkan barisan kata-kata yang begitu familiar.

Seyren menelan ludah. Itu adalah prolog dari Loving the Devil.

Jari-jarinya gemetar saat menyentuh touchpad, menggulir layar ke bawah. Semakin ia membaca, semakin kuat rasa aneh itu menelannya.

"Lo tahu ini salah."

Suara Gaska datar, tapi penuh tekanan. Ia duduk di sofa, kakinya disilangkan, matanya mengunci Ray yang berdiri di depannya. Ruangan itu terasa sempit, udara malam yang masuk lewat jendela terbuka membuat semuanya semakin dingin.

Ray mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. "Apanya yang salah?"

Gaska menghela napas pelan, ekspresinya tetap tenang. "Hubungan lo sama Hana. Dari awal udah kacau, Ray."

Ray mencibir. "Jangan sok tahu."

"Apa gue salah?" Gaska mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Lo deketin Hana setelah Zea pergi ke Amerika. Lo butuh pegangan, lo butuh seseorang buat ngegantiin dia. Dan Hana ada di sana."

Ray terdiam sejenak, sebelum tertawa kecil. "Sok tahu," tatapannya mengeras. "Gue sayang sama Hana. Dan Zea, dia bahkan lebih menjijikan dari segala kesalahan di masa lalu gue."

Gaska tersenyum miring. "Lucu."

"Apanya yang lucu?"

"Lo bisa aja bilang sekarang lo sayang, tapi hubungan yang diawali sama kebohongan tetap bakal berakhir sama."

Ray mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Lo pikir Hana bakal percaya omongan lo?"

Gaska berdiri, menatapnya lurus-lurus. "Nggak perlu gue yang kasih tahu." lelaki itu menabrakan pundaknya pada Ray. "Lo sendiri yang bakal ngerusak semuanya."

Jemari Seyren baru saja akan menggulir ke paragraf selanjutnya, namun tarikan keras pada kursi yang ia duduki membuat gadis itu terpental jauh dari laptop, punggungnya menabrak tembok, membuat Seyren langsung menahan napas untuk menahan sakit.

Lalu, Seyren membuka mata.

Terbangun di tempat tidur Zea, dengan rambut lepek akibat keringat dingin.

Seyren sekarang ingat siapa Gaska.

Kakak angkat, sekaligus cinta pertama Hana sebelum terjebak dalam hubungan beracun bersama Ray.

.

Zea mempererat pelukan pada buku sketsa yang ia taruh didepan dada.

Langkah gadis itu terasa ringan saat menuju perpustakaan. Tidak seperti biasanya, kali ini ia benar-benar menikmati perjalanan menuju hukuman yang seharusnya menyebalkan. Di belakangnya, suara langkah malas terdengar jelas, disertai dengan dengusan kesal yang nyaris konstan.

Breaking The Script [END]Where stories live. Discover now