"Lo nggak stres belajar?"
  
"Gue udah pasrah. Nggak semua orang harus dapet nilai sempurna."
  
"Tapi lo selalu ranking atas."
  
Dira mengangkat bahu. "Itu cuma efek samping."
  
Elga menghela napas panjang. "Gue makin nggak ngerti lo."
  
Dira hanya menutup bukunya, lalu pergi tanpa berkata apa-apa.

Zea yang mendengar cerita itu mengerutkan dahi. "Mana kisah cintanya?"

Elga tertawa. "Gak ada, ini cuma tentang gue yang belum pernah ketemu cewek yang kayak gitu."

"Fuck, jelek banget jalan cerita lo."

Zea pikir, setidaknya ia akan mendapatkan kisah cinta yang menarik dibalik novel yang terlalu fokus pada kisah Ray dan Hana ini. Elga dan Dira, siapa yang sangka, kan? Keduanya ternyata pernah ada interaksi yang tak tersorot. Tapi ternyata, ekspektasi Zea terlalu tinggi, percintaan para karakter disini kocak smua.

"Anyway, gue nggak kenal Dira terlalu dalam, tapi gue tahu kebiasaannya. Dia aktif di OSIS, suka baca buku serius, dan makanannya nggak banyak bumbu."

Elga langsung mencondongkan tubuh. "Gue dengerin!"

Zea menyebutkan beberapa kegiatan Dira dan menyusun strategi pendekatan untuk Elga. "Lo bisa mulai dengan sok-sok tertarik ikut OSIS, atau bawa bekal yang sehat dan pura-pura minta rekomendasi buku."

Elga tampak antusias. "Brilian! Lo emang yang terbaik, Zea!"

Zea tertawa kecil, tapi tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu di seberang lapangan. Tatapan tajam dan menusuk dari Kiyo.

Gadis itu menyeringai. "Elga, gue punya tugas buat lo."

Elga menatapnya waspada. "Gue nggak bakal dijebak, kan?"

Zea berbisik sesuatu di telinganya. Elga langsung tersenyum dengan kepala mengangguk paham.

.

Kiyo menyandarkan punggungnya ke tembok luar kelas sambil melipat tangan di depan dada. Dari sudut matanya, ia melihat Elga berdiri di dekat tribun, tangannya memegang kipas dan dengan santainya mengarahkannya ke Zea yang duduk di sana. 

"El, serius deh, ngapain lo jauh-jauh ke kelas orang cuma buat ngobrol sama dia?" Kiyo akhirnya buka suara setelah memperhatikannya cukup lama. 

Elga menoleh dengan ekspresi santai, seolah pertanyaan itu tidak relevan. "Gue lagi gabut di kelas, ya udah main ke sini." 

"Main ke sini atau jadi pesuruhnya Zea?" Kiyo mengangkat alis, tatapannya tidak lepas dari kipas yang masih dipegang Elga. "Lo tuh kipasin dia, El. Lo sadar nggak?" 

"Dia kepanasan, bro. Gue cuma bantuin." Elga melihat kipas di tangannya lalu nyengir tipis. "Kenapa sih? Lo terlalu anti sama dia." 

Kiyo mendecak sambil menggeleng. "Lo ketularan dia. Nih, dari awal gue udah bilang, Zea itu licik. Dia selalu punya cara buat bikin orang-orang kayak lo ngerasa kasihan dan akhirnya ngikutin maunya dia." 

"Gue sih nggak ngerasa dimanfaatin." Elga mengangkat bahu, tidak terlihat terlalu peduli. "Kalau lo benci dia karena dia mantannya Ray, harusnya lo manfaatin aja situasi ini. Zea bisa dapetin Ray, dan lo bisa dapetin Hana. Happy ever after, kan?"

Breaking The Script [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang