BUGH!

Bukan hanya cengkeraman Ray yang terlepas, bahkan kesadaran lelaki itu juga.

Zea mengusapi kepalanya sembari menatap Ray yang kini tersungkur diatas lantai. Ia terkekeh, sabetan andalan Thea memang selalu ampuh. Abangnya-Bian yang memiliki tubuh dua kali lipat lebih besar dari Ray saja bisa tumbang oleh sabetan Thea, apalagi bocah sok keras seperti Ray.

"L-lo ...?"

Namun sebelum Ray benar-benar kehilangan kesadaran, Zea buru-buru menghampiri dan membuka paksa mata lelaki itu. "Kenapa? Kaget? Lo pikir lo doang yang bisa main tangan? Gue juga bisa anjing!" teriaknya menggebu.

Begitu Zea berdiri, orang-orang disekitarnya langsung memberi jalan.

Bahkan Kiyo yang baru masuk ke kantin, langsung mengambil langkah mundur begitu Zea tiba-tiba mengangkat tinju mungilnya ke udara seolah menantangnya.

Zea mengibaskan rambut, sepertinya gelar Tuan Putri sudah tak layak lagi. Mulai hari ini, panggil ia Yang Mulia Ndoro Ratu.

.

Meskipun ia bisa mengatasi masalahnya sendiri di dunia ini, Zea tetap merasa sedih, seumur-umur, ia tak pernah mendapat perlakuan keji seperti yang Ray berikan.

Ia adalah anak manja Mami Papi, bahkan jika ada orang yang mengusiknya, ia hanya perlu mengadu pada Bian dan teman-teman abangnya itu, maka keesokan hari, tak ada lagi orang yang akan mengganggunya.

Tapi di dunia ini, ia harus mengadu ke siapa? Tak ada teman, tak ada keluarga, Zea harus berusaha sendiri.

Zea mengusap-usap hidungnya menahan tangis, mengabaikan pandangan orang-orang disepanjang koridor tentang penampilannya yang tak karuan, rambut kusut, juga baju bernoda.

Zea baru akan berbelok ke Uks saat pandangannya menangkap siapa yang berdiri didepan sana, lelaki tinggi yang tengah memperbaiki papan penanda di pintu Osis.

Sejenak terkejut, namun tak mau menahan lebih lama, ia segera berlari dengan perasaan lega. "Raka!"

Lelaki yang merasa di teriaki itu menoleh ke kanan dan kiri, sebelum akhirnya mendapati Zea yang tiba-tiba berlari ke arahnya, langsung menabraknya dengan pelukan.

"Raka ... gue gak tahu gimana caranya lo juga bisa ada di dunia ini, tapi-" gadis itu bergumam tidak jelas di dadanya. "Gue seneng, gue kangen kalian, gue kangen rumah, gue kangen elo!"

Tiba-tiba saja tangis Zea pecah, membuat lelaki itu langsung panik.

"Ze?"

"Ze?" Zea mendongak. "Gue tahu lo gak ngenalin gue, tapi, lo harus percaya, ini gue, Seyren. Gue gak tahu kenapa bisa masuk kesini dan jadi ant-"

"Gaska, apa sih ribut-ribut?" Dira keluar dari ruang Osis, ia langsung mengambil langkah mundur begitu melihat pemandangan didepan pintu. "Zea?"

Kedua tangan Gaska masih mengapung di udara saat Zea masih tak mau melepaskan pelukannya. "Raka, gue gak kenal orang-orang ini, tapi mereka jahat banget ke gue, tadi bahkan ada cowok sok asik ngejambak rambut gue!" Zea masih sibuk curhat, napasnya mulai terasa berat, bahkan, bahu gadis itu mulai naik turun tak terkontrol karena tangisnya yang keras. "Lihat, Ka, cewek ini bahkan sok kenal ama gue!" tunjuknya ke belakang, tepat pada Dira.

Dira mendelik, setengah mati menahan malu. "Zea lo ngapain meluk-meluk Gaska?"

Gadis berkacamata itu menatap mereka bergantian, sebelum akhirnya ia menghela napas. "Ze ... ini namanya Gaska, Ketua Osis kita. Bukan Raka."

Zea langsung mendongak, menatap rupa lelaki yang dipeluknya saat ini. "Lo bukan Raka?"

Gaska menggeleng.

"Lo bukan-" kali ini Zea meraba wajah Gaska. "-Raka ...?"

Di tengah jemari Zea, Gaska nampak memejamkan mata, ia kembali menggeleng.

Rasanya tidak mungkin, lelaki ini terlalu mirip dengan Raka hingga rasanya sangat mustahil untuk menjadi kebetulan, bahkan, kacamata itu persis seperti milik Raka.

Kedua sudut bibir Zea semakin terasa berat, pada akhirnya lengkungan sedih itu tak bisa ia tahan, sebelum tangisnya semakin pecah, Dira sigap menutup mulut gadis itu dan menyeretnya menjauh dari sana.

"Tapi dia Raka!"

"Zea, itu Gaska!"

Sementara Gaska hanya memperbaiki kacamata, memandangi Zea yang masih berusaha menoleh padanya saat diseret oleh Dira.

Melihat seragamnya yang terkena noda akibat dari pelukan Zea tadi, ia menghela napas.

Cewek freak.

Tbc

Dilarang plagiat!

Vote, komen, follow (yang ini opsional kalo kalian mau) agar aku semangat ngehalunya, peace🫰

Breaking The Script [END]Where stories live. Discover now