Bab 43

163 19 13
                                    

Happy Reading
.
.
.

Setelah berdiskusi panjang semalaman dengan Gita mengenai pernikahan, membuat pikiran Keisha jadi lebih terbuka, lebih terarah kepada hal-hal yang positif, dan lebih bisa menerima kalau sebuah masalah itu pasti akan selalu ada, ntah sekarang, atau nanti yang datang dalam pernikahan.

Gara-gara Brian yang menunjukkan keseriusan tentang ucapannya mengenai pernikahan, Keisha jadi galau panjang. Ketakutan tentang pernikahan semakin sulit ia kendalikan, terus mengganggu pikiran gadis itu hingga beberapa hari, sampai Gita yang menyadari keanehannya di suatu malam, lantas bertanya, lalu Keisha akhirnya bercerita, dan terjadilah sebuah diskusi panjang yang berhasil meredakan sedikit kegelisahan di dalam diri Keisha.

Brian 'kan tidak mengajak Keisha untuk menikah saat ini juga. Cowok itu memberi Keisha waktu, juga mau menunggu kapan pun Keisha siap, katanya. Dan menurut Keisha, waktu sampai ia lulus kuliah sepertinya cukup untuk mempertimbangkan semuanya, untuk saling mengenal lebih dekat, dan Keisha akan lebih banyak belajar lagi tentang sebuah pernikahan.

“Gamau turun, Kei?”

Suara Brian menarik Keisha dari lamunannya. Gadis itu mengerjap, lalu menoleh ke arah Brian yang kini tengah tersenyum ke arahnya.

“Eh, udah sampai, ya?”

“Kamu melamun lagi?”

“Ng-nggak.” Keisha tampak gelagapan.

“Nggak apa?” Brian melepas sabuk pengamannya, lalu mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Keisha seutuhnya. “Kenapa sih? Ada yang mengganggu pikiran kamu belakangan ini?”

Keisha meneguk ludah kasar.

“Kei, gamau cerita?”

Gadis itu menatap Brian, menggigit bibir bawah pelan, sebelum ia menghela napas panjang.

“Nanti ya.” Keisha meraih ke-dua tangan Brian dengan senyuman lebar. “Nanti aku akan coba untuk menceritakan semuanya sama kamu,” ucapnya seraya menatap Brian lekat. “Yah, itu pun kalau kamu emang mau mendengarkan segala pemikiran ruwetku.”

“Kenapa nggak?” Brian mengusap lembut punggung tangan Keisha. “Seruwet apapun pikiran kamu, dan apapun yang mau kamu ceritakan, aku pasti selalu siap mendengarkan.” Ucapan Brian buat Keisha terkekeh pelan.

“Gak usah gombal.”

“Loh, ko gombal, sih? Serius tahu. Dan, siapa tahu nanti aku bisa membenahi pikiran ruwet kamu.” Brian mengusap lembut kepala Keisha, buat gadis itu tersenyum lebar.

“Yaudah, kalau begitu aku turun ya.” Keisha melepas sabuk pengamannya.

“Hati-hati.”

Keisha terkekeh mendengar ucapan Brian barusan, lalu menoleh sekilas ke arah Brian, sebelum gadis itu turun dari mobil. “Kamu yang seharusnya hati-hati. Aku ‘kan udah nyampe kosan.”

“Udah nyampe kosan pun tetap harus hati-hati, siapa tahu ‘kan nanti__”

“Nanti apa? Gak usah ngaco.”

Brian menyengir lebar. “Yaudah, gih sana masuk.” Lalu, cowok itu mulai menjalankan mobilnya.

Keisha tersenyum seraya melambai. “Hati-hati, ya.” Dan ucapan Keisha, Brian balas dengan senyuman, juga lambaian tangan.

From Work To LoveWhere stories live. Discover now