Bab 6

962 48 0
                                    

Happy Reading


"Jadi, nak Keisha ini kenal sama Brian di mana?"

"Hah?" Keisha melongo tak paham saat Brian tiba-tiba melontarkan pertanyaan seperti itu.

Kini, mereka berdua tengah dalam perjalanan pulang, setelah mampir makan, lalu melakukan fitting baju yang penuh dengan perdebatan.

Melihat Keisha yang sedang loading, Brian berdecak pelan. "Gue lagi tes, lo. Simulasi, siapa tahu nanti lo dapat pertanyaan seperti itu."

"Oh, i-ini emm ... "

"Lo gak hafal?"

"Hafal, ko. Bentar. Di kafe depan kampus."

"Ck, masa nanti lo jawabannya kaya gitu?"

"Ya nggak lah. Ini gue cuma kaget aja tiba-tiba lo bertanya kaya gitu."

"Oke, misalnya setelah pertemuan pertama lo dan nyokap gue di pesta, terus nyokap gue ngundang lo untuk makan malam bareng di rumah pada hari selasa, lo mau nerimanya atau nggak?"

"Ya diterima lah, masa ditolak." Keisha menjawab penuh percaya diri.

"Kenapa diterima?"

"Hah?" Cewek itu melirik tak paham. "Ya karena itu 'kan nyokap lo, masa gue nolak. Lagian hari selasa 'kan gue gak ada kuliah, harusnya jadwal gue kerja, dan kerjaan gue sekarang 'kan jadi pacar bohongan lo. Jadi, ya gue pasti nerima tawaran itu," jelasnya begitu lancar, namun Brian malah berdecak pelan.

"Lo hafalin lagi deh, isi file yang gue kirim. Terus kalau bisa tuh, jangan cuma dihafal. Tapi juga dipahami."

"Apa, sih? Gue udah hafal, ko."

"Kalau lo udah hafal, lo gak mungkin nerima tawaran nyokap gue."

"Hah? Kenapa?" Keisha kembali loading, "Emang barusan gue salah jawab, ya?"

"Hari selasa setelah pesta oma gue, itu adalah tanggal 31, dan itu adalah tanggal jadian kita. Jadi seharusnya, di tanggal itu kita merayakan hari jadian kita, cuma berdua. Jadi lo jangan buat janji atau terima ajakan apapun di hari itu. Apalagi acara makan malam dengan keluarga gue."

"Hah?" Keisha dibuat melongo tak percaya mendengar penjelasan Brian barusan.

Gila, ni cowok, ko ...?

"Lo kalau kekenyangan emang kaya gini, ya? Hah-hoh, hah-hoh mulu dari tadi." Ucapan Brian, buat Keisha berdecak sebal.

"Ya lagian elo, sih. Emang harus gitu, ya?

"Apanya?"

"Nyampe sedetail itu? Dan harus juga ya merayakan tanggal jadian?" tanya Keisha, buat Brian menghela napas lelah.

"Ya ngerayainnya emang gak harus. Tapi itu cuma jawaban formalitas aja, lo harus jawab gak bisa karena udah ada janji sama gue, mau ngerayain hari jadian kita."

"Ya sorry, gue bukannya gak hafal tanggal jadiannya. Gue cuma gak tahu hari selasa saat itu tanggal berapa," ujar Keisha membuat pembelaan.

"Ya makanya, bukan cuma menghafal, tapi juga dipahami Keisha."

"Yaudah sih, iya. Nanti gue coba difahami. Lo tuh ribet banget ya, dasar Tuan Perfeksionis." Keisha mendumel kesal.

🍒🍒🍒🍒🍒

Dan, gara-gara ucapan Brian tadi, setelah menyelesaikan tugas kuliahnya dengan cepat, kini Keisha tengah sibuk menghafal kembali seraya mencoba untuk memahami biodata Brian, dan juga skenario tentang jadian mereka, agar semua tulisan itu melekat di dalam otaknya.

Di kosan sendirian karena Gita yang tengah pulang kampung belum pulang, membuat Keisha tidak malu, bisa bebas mempraktikkan aktingnya sebagai seorang pacar Brian, yang dimana tips dan triknya sudah ia cari di internet.

Menghadap ke arah cermin, lalu mulai mempraktikkan perannya sebagai seorang pacar, dan harus bersikap seperti apa saat ia dikenalkan kepada keluarga pacarnya, membuat Keisha jadi deg-degan.

Padahal ini baru latihan, belum beneran dikenalkan.

Gadis itu mengalami beberapa kali kegagalan karena rasa gugup yang terus menyerang, sampai tepat di jam sembilan malam, ia merasa kalau usahanya berhasil, dan aktingnya luar biasa lancar.

Berdehem pelan, lalu sekali lagi Keisha melakukan percobaan dengan teks dialog yang sudah ia hafal dari internet.

"Iya, tante. Saya sangat beruntung ketemu Brian. Dia pacar yang sangat baik, penyayang, dan penuh perhatian. Dia__"

"Lo punya pacar, Kei?"

Deg.

Mampus.

Keisha mematung saat mendengar suara Gita tepat ada di belakangnya.

Keisha menggigit bibir bawahnya pelan, menarik napas panjang, lalu berbalik secara perlahan, "Loh, Ta. Lo udah pulang? Kapan? Ko gue gak dengar suara lo masuk."

"Barusan." Gita menaruh tas-nya di atas kasur, "Lo nya aja yang terlalu asyik di depan cermin. Gue fikir lo lagi ngobrol sama siapa. Lagi ngapain, sih?"

"Ahaha, nggak." Keisha tertawa canggung, seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Bohong, ya?" Gita memicingkan mata curiga, "Gue dengar tadi lo nyebut pacar-pacar, gitu. Lo punya pacar Kei?"

"Pacar? Ahaha ngaco deh, Ta. Lagian lo juga tahu 'kan gue lagi suka sama siapa. Jadi mana mungkin gue punya pacar."

"Ya gue pikir lo udah jadian Kei, sama__"

"Mana ada," potong Keisha cepat. "Ketemunya juga jarang, gue cuma bisa lihat dia di sosmed doang. Jadi, mana mungkin gue sama dia bisa jadian," cewek itu malah curhat, buat Gita menepuk bahunya prihatin.

"Gak ada yang gak mungkin, Kei. Kalau lo mau bersabar, dan berusaha. Kaya kerjaan, kan? Akhirnya lo dapat kerjaan juga."

Iya, kerjaan terkonyol yang pernah gue dapatkan. Keisha mendengus sebal.

"Yaudah, terus tadi itu lo lagi ngapain di depan cermin begitu?" Gita bertanya penasaran.

"Ah, i-itu anu ... " Keisha merasa bingung harus mencari alasan apa, "Gue, emm ... Gue lagi berlajar akting, Ta."

"Akting?"

"I-iya, gue mau coba terjun ke dunia akting. Gue mau coba ikutan testing. Siapa tahu 'kan gue berhasil, dan bisa jadi artis."

"Hah? Beneran Kei?" Gita tampak antusias mendengar ucapan Keisha, dan hal itu lagi-lagi membuat Keisha tersenyum kecut, saat melihat respon dari sahabatnya itu.

Keisha jadi merasa bersalah.

Ya ampun, sorry banget, Ta. Gue gak bermaksud bohongin lo terus.

"Ya, coba-coba, Ta. Iseng doang, tapi kalau gak berhasil juga gapapa." Keisha berusaha tersenyum lebar, "Oh, iya. Lo dari kampung ke sini naik apa?" Gadis itu mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Gue naik travel, Kei. Gue bawa banyak oleh-oleh dari kampung. Ada titipan dari orang tua lo juga," kata Gita seraya menarik tas berukuran besar yang tergeletak di pinggir pintu kamar.

Melihat Gita yang sudah sibuk dengan tas-nya. Keisha menghela napas lega.

Sorry banget, Ta. Bukan gamau jujur, tapi belum saatnya gue ngasih tahu ini sama lo.





~Bersambung.



From Work To Love (Tamat) Where stories live. Discover now