Bab 24

412 27 5
                                    

Happy Reading

Keisha apa kabar?

Keisha terdiam, seraya menggigit bibir bawahnya pelan.

Setelah sekian lama, hari ini Keisha kembali mendengar suara Ibunya.
Suara yang mungkin sekitar lima bulan yang lalu Keisha mendengarnya, lewat telepon, dan kini ia juga kembali mendengarnya lewat telepon. Suara yang amat Keisha rindukan, tapi Keisha tidak pernah berani bilang tentang kerinduan yang ia rasakan.

Menghela napas, Keisha berucap. “Kabar Keisha baik, Bu. Ibu apa kabar?”

“Oh, syukur lah kalau baik. Kabar ibu juga baik.”

Ada jeda sebentar.

“Kamu kapan libur, Kei?”

Keisha terdiam.

Rea bulan depan nikah, Kei,” kata Ibu buat Keisha semakin terdiam. Rea adalah adek sepupu Keisha, anak dari Tante Ica, adiknya Bapak. Usianya dua tahun lebih muda dari Keisha.

“Kamu gamau pulang dulu?”

Keisha menghela napas panjang.
Keisha bingung harus menjawab apa. Jujur, Keisha kangen dengan keluarganya. Kangen kepada Ibu, Bapak, dan Adeknya. Perasaan kangen itu kadang selalu datang secara tiba-tiba. Kadang selalu menyelinap di saat Keisha sedang lelah, dan sendiri, atau di saat Keisha melihat kehangatan keluarga Brian. Keisha selalu ingin merasakan kehangatan itu bersama keluarganya. Tapi, Keisha selalu tidak bisa melakukan apa-apa. Ntah apa, selalu saja ada yang menahan dirinya untuk menghubungi keluarganya terlebih dahulu, apalagi di saat kilasan-kilasan memori menyakitkan tentang keluarganya datang, membuat Keisha semakin susah untuk melakukan panggilan, atau sekadar chat singkat menanyakan kabar.

“Kei, kamu bisa ‘kan pulang dulu?”

Menggigit bibir bawah pelan. “Lihat nanti aja ya, Bu.”

“Tapi, Kei. Itu sepupu kamu loh yang nikah, masa kamu gak datang.”

“Iya, Bu. Akan Keisha usahakan.”

“Kamu sekarang lagi kerja, ya? Ibu ganggu kamu, Kei?”

“Ah, nggak ko, Bu.”

“BUUU.” Suara keras yang amat sangat Keisha kenal terdengar di seberang sana.

“Iya, Pak?” Ibu menyahut dengan cepat.

“Kunci motor di mana?”

“Di ruang TV, Pak. Di atas meja.”

“Di mana? Ambilkan dong, jangan cuma ngomong aja. Kamu jadi istri ko gak guna.”

Keisha mengepalkan tangan ketika mendengar ucapan Bapak dengan nada bentakan yang tidak pernah Keisha suka.

“Iya-iya, ini diambilkan.”

“Lagian, nelepon sama siapa, sih? Sibuk banget kayanya pagi-pagi begini.”

“Ini Keisha, tadi Ibu__”

“Keisha?” Bapak memotong dengan cepat. “Ngapain Ibu nelepon sama dia? Masih ingat rumah dia? Ingat keluarga?”

From Work To LoveWhere stories live. Discover now