Bab. 3

790 43 2
                                    

Happy Reading

Tidak cocok.

Profil Anda dilihat satu kali.

Ditolak.

Keisha menghela napas lelah saat mendapati riwayat lamaran kerjanya di sebuah aplikasi masih saja sama. Belum ada perubahan, dari lima bulan ia jadi pengangguran. Hampir setiap hari ia selalu mengirimkan lamaran-lamaran baru, tapi belum ada satu pun dari lamaran itu yang memanggilnya interview.

Beralih membuka aplikasi lain, juga sama. Tidak ada perkembangan.
Lamaran kerja yang ia kirim lewat e-mail pun juga sama, buat gadis itu menggeram kesal.

Apa yang salah?

Pertanyaan seperti itu kerap kali keluar saat ia sudah berada di ambang kesabaran.

Keisha sudah punya pengalaman kerja, CV dan portofolio-nya juga lumayan, tapi kenapa begitu susahnya Ia dapat pekerjaan.

Lalu, tangannya bergerak membuka beberapa situs freelance, dengan harapan ada satu saja project yang ia dapat. Namun, ketika situs itu terbuka. Semuanya ternyata sama. Nol besar.
Tidak ada pekerjaan untuk dirinya, buat gadis itu membanting hp ke atas kasus dengan kesal.

Terus gue harus gimana biar dapat kerja?

Keisha mengacak rambutnya kesal. Lalu gadis beranjak, membalik badannya yang langsung menghadapkan ia ke arah cermin.

“Gue kucel banget, sih.” Keisha meringis melihat penampilannya di depan cermin. “Ya ampun, gini amat jadi pengangguran.”

Sudah jam 10 siang, tapi ia masih mengenakan baju tidur yang terlihat kusam, rambutnya acak-acak kan, perutnya keroncongan minta di isi makan, lalu matanya menangkap sesuatu yang menyebalkan di jidat sebelah kanan.

Jerawat.

Sial.

Lengkaplah sudah, ia jadi gembel pendatang baru.

Ini semua pasti gara-gara ia yang jarang cuci muka. Skincare-nya habis, sabun mandi tinggal sedikit lagi. Kuota internet, cuma bisa buat chat, dan uangnya tersisa cuma buat makan sebulan ke depan, itu pun cuma buat sehari-sekali, dan sekarang saja ia belum makan.

Meski ia punya sahabat sebaik Gita, tetap saja Keisha cukup tahu diri, untuk makan ia harus beli sendiri.

Dengan lemas, gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Kepalanya bener-benar pusing memikirkan ke mana ia harus cari uang.

“Kerjaan lo cuma jadi pacar pura-pura gue.”

“Gue bisa bayarin semua biaya kuliah lo, dan gaji lo sepuluh juta per bulan.”

“Sepuluh juta per bulan?” Gadis itu bergumam pelan. “Itu cukup banget buat biaya hidup gue. Mana kuliah dibayarin lagi.” Matanya menerawang, menatap langit-langit kamar.

Sial.

“Kenapa gue jadi ke-pikiran tawaran itu terus, sih?”

“Aaaa ... gak boleh” Keisha menampar-nampar pipinya pelan. “Gue gak boleh luluh sama tawaran itu. Gila, kalau nanti gue ketahuan kerja sebagai pacar bohongan, gue bisa malu. Sadar Keisha, sadar.” Gadis itu segera beranjak, memutuskan untuk mandi, dan akan kembali lagi mencari kerjaan di luar.

🍒🍒🍒🍒🍒


Pukul 16.30, Keisha kembali ke kosan Gita dengan hasil yang sama. Gak dapet kerjaan, badannya cape, dan kepalanya pusing, setengah stres.

From Work To LoveWhere stories live. Discover now