Bab 11

494 34 0
                                    

Happy Reading

“Mama culik Keisha.” Suara familier itu terdengar saat Keisha tengah membantu Nazma menyiapkan alat dan bahan pembuatan brownis.

Nazma mendongak dengan senyuman lebarnya, melihat putra sulungnya yang tengah berjalan menghampirinya.

“Wah, ternyata cara mama kali ini berhasil, ya. Tidak perlu repot-repot suruh kamu pulang ke rumah. Cukup bawa Keisha aja, kamu langsung mau pulang, dan meninggalkan pekerjaan kamu,” ucap Nazma buat Keisha mengernyit heran.

Sesibuk itukah Brian, sampai gak sempat pulang? Terus kalau gak pulang ke rumah dia tidurnya di mana?

“Dia tinggal di apartemen, Kei,” ujar Nazma seolah membaca kebingungan Keisha. “Pulang ke rumah paling sebulan sekali.”

“Sebulan sekali?” Keisha tidak bisa menutupi wajah terkejutnya.

Keisha pikir cuma dirinya yang malas pulang ke rumah. Dari pertama ia merantau ke Jakarta, Keisha pulang kampung satu tahun sekali, di hari raya Idul fitri atau selesai hari raya Idul fitri, sedangkan Gita hampir tiga bulan sekali ia pulang kampung. Alasan ia malas pulang ke rumah, karena keadaan di rumah jauh dari kata menyenangkan. Ada begitu banyak orang, tapi Keisha selalu merasa sendirian, tidak ada kehangatan, setiap obrolan yang keluar selalu bertentangan dengan Keisha. Setiap pulang ke rumah ia cuma numpang tidur doang. Makanya, Keisha lebih senang di perantauan.

Lalu sekarang Brian yang rumahnya masih di daerah Jakarta saja, punya keluarga yang hangat, dan menyenangkan, seorang ibu yang penuh pengertian, tapi ternyata cowok itu jarang pulang ke rumah dengan alasan kerjaan yang menyibukkan.

Keisha bingung harus berkata seperti apa. Padahal, kalau Keisha berada di posisi Brian, ia pasti akan sangat bersyukur dan tidak akan pernah mau meninggalkan rumahnya yang dilimpahi kehangatan seperti ini.

“Jangan bengong, Kei.” Brian duduk di depan Keisha, buat cewek itu seketika mengerjap.

“Ma, mama culik Keisha di mana?” Brian mengambil apel yang ada di atas meja.

“Ko culik, sih? Mama gak culik Keisha.”

“Terus apa namanya? Mama bawa Keisha ke rumah, tanpa seizin aku.”
Cowok itu mulai menggigit apelnya.

“Emang mama harus izin kamu dulu ya untuk ngajak Keisha main ke rumah?” Nazma melotot kesal, tapi Brian malah menyengir lebar.

“Keisha ‘kan pacar aku, ma. Jadi mama harus izin dulu sama aku.”

“Duh, kamu bisa posesif juga ternyata,” ucap Nazma buat Brian mengerucut sebal.

“Ya bisa dong, ma. Nanti kalau Keisha kenapa-napa, gimana?”

“Ya memangnya menurut kamu mama bakalan apain Keisha? Kalau Keisha pacar kamu, berarti Keisha menantu mama juga, dan mama gak akan jahatin menantu mama sendiri. Lagian, Keisha juga senang-senang aja mama ajak ke sini. Jadi, kamu gak berhak larang-larang Keisha ke sini kalau dia sendirinya juga mau,” kata Nazma, buat Brian menoleh ke arah Keisha.

“Emang iya, Kei?”

“I-ya, Gu- eh, aku senang ko main di sini.” Cewek itu tersenyum kikuk, buat Brian cuma mengangguk sebagai jawaban, dan Nazma tersenyum lebar.

“Tuh, kan. Apa mama bilang. Udah, deh. Kalau kamu mau ngerecokin doang jangan di sini.”

“Oh, kalau begitu berarti aku balik kerja lagi kali ya, ma?"

“Ko balik kerja lagi? Kamu ‘kan baru pulang. Gak bosan apa kamu kerja terus?”

“Ya aku pulang juga karena takut Keisha kenapa-napa, Ma,” ucap Brian yang lagi-lagi buat Nazma melotot kesal.

From Work To LoveWhere stories live. Discover now