Bab. 41

275 28 16
                                    

Happy Reading
.
.
.


“Gila, Keisha.” Suara Rifki terdengar nyaring dan sedikit lebay. “Ko lo bisa sih pacaran sama bang Brian? Sejak kapan?” Cowok itu masih saja memasang wajah tak percaya, buat Keisha menghela napas lelah, mendengarkan pertanyaan Rifki yang dari lima belas menit yang lalu belum juga berubah.

Mungkin karena jawaban yang Keisha berikan tidak memuaskan, makanya Rifki masih saja menuntut penjelasan. Sedari tadi, jawaban yang Keisha berikan hanya ...

“Ya emangnya kenapa harus gak bisa?”

Atau.

“Ntahlah, gue juga gak tahu.”

Dan Rifki hanya berdecak sebal mendengar jawaban Keisha itu. Rifki butuh jawaban panjang dan detail, tapi sepertinya Keisha enggan memberikan.
Namun, yang sebenarnya bukan karena enggan, lebih tepatnya Keisha tak punya jawaban. Jangankan Rifki, Keisha juga masih tidak percaya kalau statusnya dan Brian kini berubah jadi pacar beneran.

Beneran, Kei. Bukan bohongan lagi.

Ucapan Brian waktu itu seketika menghampiri dalam ingatan, dan tanpa sadar membuat senyuman Keisha mengembangkan.

Keisha sebenarnya masih tidak percaya. Tapi, ntah kenapa rasanya dia sangat bahagia. Kalau perlu dideskripsikan, mungkin saat ini hati Keisha sedang berbunga-bunga.

Apalagi saat mengingat bagaimana sikap Brian selama empat hari ini-setelah status pacarannya diresmikan-semakin membuat senyuman gadis itu melebar, buat Rifki yang melihatnya, langsung berdecak sebal.

“Ebuset, yang lagi kasmaran bukannya menjawab pertanyaan gue, malah senyum-senyum sendiri."

“Kan tadi gue udah jawab, Ki.”

“Jawaban apaan kaya gitu? Sejak kapan lo pacaran sama Bang Brian? Dan di mana lo ketemu sama dia? Kenapa bisa pacaran? Cepat banget lo move on dari bang Albi.”

Lagi-lagi pertanyaan Rifki buat Keisha menghela napas panjang. Gadis itu tidak tahu harus menjawab apa.

Sejak kapan?

Kalau pacaran resmi, ya sejak hari Jumat kemarin, dan terhitung baru empat hari. Tapi, kalau pacaran bohongan, udah memasuki empat bulan di bulan Desember ini. Namun, nggak mungkin ‘kan Keisha harus menjawab yang empat bulan. Sedangkan, dari bulan-bulan itu Keisha masih ngebet pengen sama Albian. Dan, rasanya Keisha juga nggak mungkin kalau harus menjawab yang empat hari. Jadi, yang gadis itu lakukan, hanya diam seraya mengedikkan bahu acuh. Buat, Rifki lagi-lagi terlihat kesal.

“Oke, fine. Gue emang bukan sahabat lo ya, Kei?”

“Ki, bukan gitu. Nanti aja ya gue ceritanya. Sekarang belum waktunya.” Keisha berusaha membujuk cowok di hadapannya itu, yang bertepatan dengan suara langkah kaki dari belakang terdengar.

“Cerita apaan?” Itu suara Lita yang langsung duduk di sebelah kanan Keisha.

“Eh, lo berdua dari kapan nyampe sini? Kita nggak telat, kan? Barusan macet banget parah.” Itu suara Dewa yang langsung mendudukkan diri di samping Rifki.

From Work To LoveWhere stories live. Discover now