Extraa Chapter

1.1K 86 5
                                    

Happy reading

   

Warning!
Dilarang iri!
Isinya cuma tentang kebucinan Mark & Jeno.

   

    

Sore harinya sekitar pukul 4 Jeno dan Mark beranjak dari cafe Lucas. Mereka berencana ingin pergi ke puncak. Sebuah tempat yang sejak lama ingin Jeno kunjungi. Selama ini ia hanya mendengar dari sang kekasih bahwa ada sebuah tempat yang indah yang dulunya sering Mark kunjungi. Beberapa kali Jeno meminta untuk pergi kesana. Namun Mark selalu menolak, mengingat jaraknya yang cukup jauh dengan waktu tempuh selama kurang lebih 2 jam.

"Tempat itu cuma bagus di malam hari, Sayang. Dan letaknya jauh. Kita butuh 2 jam untuk sampai sana. Kalau dihitung, setidaknya kita butuh waktu lebih dari 5 jam untuk menikmati tempat itu. Tapi mengingat kamu setiap hari pulang menjelang sore, belum juga kamu harus belajar di rumah, aku takut waktu kita gak cukup. Apalagi papa membatasi kita, jam 10 sudah harus di rumah. Gak akan bisa, Sayang."

Selalu alasan itu yang Mark lontarkan. Hingga akhirnya hari ini Jeno bebas. Bebas dari sekolah, bebas dari tugas sekolah bahkan bebas jam malam. Jadi Mark menuruti kemauannya untuk kali ini. Apalagi siang tadi Hayden sudah berpesan padanya untuk membuat Jeno senang. Maka inilah cara yang Mark tempuh untuk menyenangkannya.

Selain itu, inilah hadiah kelulusan yang diminta oleh Jeno. Berkali-kali Mark menanyainya serta meyakinkannya. Tapi Jeno tetap kekeh hanya menginginkan pergi ke tempat itu. Ia tak butuh hadiah lain. Karena sudah banyak hadiah yang Mark berikan padanya.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir 2 jam, akhirnya Mark membelokkan mobilnya ke sebuah jalan setapak. Ia menghentikan mobilnya sejenak.

"Sayang, tutup mata kamu," ucapnya pada Jeno.

"Kenapa?"

"Aku pengen nunjukin sesuatu yang indah di depan sana."

"Oh, oke."

Jeno pun memejamkan matanya. Sang kekasih kembali melajukan mobilnya. Hanya sekitar beberapa ratus meter saja. Kemudian Mark berhenti. Ia menghentikan mobilnya. Melepas seatbeltnya, lalu milik Jeno, dan setelah itu keluar dari mobil.

Jeno sedikit berdebar kala mendengar Mark menutup pintu mobil. Ada kegelisahan dan sedikit rasa takut. Bukan hanya karena ia berada di tempat asing saat malam hari. Tapi juga karena matanya terpejam. Ia takut sesuatu terjadi. Tapi sebagian besar dalam hatinya mempercayai Mark. Ia percaya Mark tidak akan membiarkannya berada pada situasi yang menakutkan juga membahayakan.

Hingga kemudian pintu mobil di sisinya terbuka. Lalu tangannya diraih dengan lembut.

"Ayo turun. Kita sudah sampai," suara lembut Mark seketika menghilangkan segenap kegelisahannya.

Jeno mengangguk patuh. Ia memutar badannya dan melangkahkan kaki keluar. Mark menuntunnya dengan menarik tangannya dengan lembut. Dan meletakkan sebelah tangannya di puncak kepalanya, agar tak terbentur badan mobil. Jeno tersenyum menerima perlakuan manisnya.

"Jalan pelan-pelan ya. Jalannya berumput dan sedikit berbatu," ucap Mark seraya menggandeng Jeno.

Dan lagi-lagi Jeno hanya mengangguk. Hingga beberapa langkah kemudian Mark menghentikan langkahnya. Ia melepas genggaman tangannya pada Jeno.

"Sayang?"

Jeno sedikit panik. Hingga di rasakannya kedua pundaknya dipegang dengan lembut dari belakang.

"Aku disini. Jangan takut."

"Abisnya kamu tiba-tiba lepas tangan aku."

Mark hanya tersenyum.

Neighbour | MarkNo (END) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu