2. His Name is Jeno

2.6K 219 9
                                    

Happy reading

      

     

Malam menjelang. Rembulan menyingsing menggantikan peran mentari untuk menemani di kegelapan malam. Angin malam berhembus pelan. Membawa perasaan damai dan tenang. Kesempatan bagus bagi Mark, karena ia dapat berpikir jernih untuk mengerjakan makalah kimianya.

Mark mengambil notebook-nya dari kamar dan membawanya ke sofa depan TV. Ia meraih tasnya di salah satu sudut sofa, mengambil buku-buku kimianya, lalu menyamankan diri untuk mulai bekerja.

Pikiran yang tanpa beban ditambah suasana hening yang damai, membuat Mark dengan mudah mengerjakan tugasnya. Sekitar 1 jam berkutat dengan teori, numerik, dan rangkaian rumus, tiba-tiba sebuah musik yang lumayan kencang mengusik ketenangannya. Mark bahkan sampai terjingkat saking terkejutnya.

"Anjir!" makinya.

Ia menoleh pada dinding sebelah yang berbatasan dengan unit sebelah. Seolah bisa melihat ke balik dinding kokoh tersebut.

"Apa-apaan tuh orang? Malem-malem gini nyetel lagu kenceng amat!"

Mark geleng-geleng kepala. Namun ia tetap melanjutkan pekerjaannya. 5 menit pertama berjalan lancar, 5 menit kedua pikirannya sedikit terbelah, 5 menit ketiga Mark benar-benar kehilangan konsentrasinya karena ia justru ikut bernyanyi. Walaupun berisik, terus terang lagu-lagu yang disetel oleh tetangga sebelahnya diakui oleh Mark merupakan lagu-lagu yang disukainya.

Pada akhirnya Mark mengabaikan pekerjaannya. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa seraya memainkan ponsel. Hingga setengah jam kemudian ia kembali memaki karena si tetangga memutar lagu metal yang menurut Mark musiknya cukup memekakkan telinga. Selain itu tetangga pintarnya itu bukannya mengurangi volumenya, justru menambahnya.

"Wah, gak beres nih orang!"

Mark bangkit dari rebahannya lalu melangkah dengan mantap menuju apartemen sebelah.

Ting-tong.

Mark memencet bel sekali. Tak ada tanggapan.

Kembali ia memencet bel. Namun hingga beberapa menit menunggu tak juga dibukakan pintu.

"Saking kencengnya tuhh musik sampe gak denger belnya bunyi. Dasar stress!"

Mark kembali ke apartemennya. Ia merapikan notebook, buku-buku serta tasnya. Ia berpikir akan melanjutkan kembali makalahnya besok. Karena percuma saja jika ia kerjakan sekarang. Ia tak akan bisa berkonsentrasi.

Mark melirik jam di dinding. Pukul 21.18. Masih terlalu sore untuk tidur. Maka Mark mengambil kunci mobil, dompet serta ponselnya. Ia berpikir untuk pergi ke cafe langganannya saja. Daripada di rumah tidak bisa konsentrasi belajar juga tidak bisa tidur nyenyak. Lebih baik menghabiskan waktu di cafe, menikmati secangkir kopi serta mendengarkan live musik.

     

°°

      

Keesokan paginya di hari minggu. Matahari sudah menyongsong. Kilau keemasannya menyelimuti setiap penjuru. Masuk ke sela-sela tirai yang bergoyang perlahan ditiup angin. Menimbulkan bayangan hitam dari setiap objek yang disinarinya.

Neighbour | MarkNo (END) Where stories live. Discover now