14. Jack Meet Donny (1)

1.6K 152 9
                                    

Happy reading

       

       

Kicau burung yang begitu merdu menyapa rungu Mark. Perlahan ia membuka mata. Meregangkan badannya, lalu bangkit. Mark bergegas turun dari ranjang. Menyambar sebuah handuk, lalu beranjak menuju kamar mandi. Hingga beberapa menit kemudian ia keluar dalam keadaan sudah segar. Dengan handuk, ia mengeringkan rambutnya. Lalu berjalan perlahan keluar kamar menuju dapur.

Sesaat kemudian Mark terkejut kala mendengar dengkuran halus dari arah sofa. Ia bergegas mendekat. Ia sempat terjingkat kala menjumpai sang sahabat, Naja, tengah tertidur dengan nyenyaknya disana. Mark mengernyit lalu menepuk keningnya sendiri ketika mengingat yang terjadi semalam.

Ia memperhatikan Naja dan menatapnya dengan iba. Sahabatnya itu membunyikan bel apartemennya sekitar pukul 8 malam. Keadaannya sedikit kacau dan nampak lelah saat Mark menjumpainya di balik pintu. Pemuda itu bertanya setengah memohon pada Mark agar diijinkan menginap. Dan tak ada alasan bagi Mark untuk menolak.

Saat tengah mengamati Naja, bel apartemen Mark berbunyi. Ia bergegas berjalan menuju pintu, lalu membukanya. Wajah manis Jeno yang dijumpainya, dengan senyum tipis terkembang.

"Pagi, Mark," sapanya.

"Pagi, Jeno," ucap Mark seraya membalas senyum Jeno.

"Sorry ganggu lo pagi-pagi."

"Oh, enggak. Sama sekali gak ganggu kok. Ada apa?"

Jeno terdiam sesaat, lalu mulai bertanya dengan tatapan sendu.

"Apa Naja ada disini?"

"Ah, iya. Tapi dia masih tidur."

"Boleh gue liat?"

"Tentu. Masuklah Jen!"

Mark memberikan isyarat pada Jeno untuk masuk dengan tangannya. Dan pada saat itulah ia tersadar jika tangan Jeno tengah memegang 2 cup kopi. Pemuda itu menyodorkan kedua kopi tersebut padanya sebelum melangkah masuk.

"Maaf, gue gak tau selera lo. Jadi gue beliin yang sama seperti punya Naja. Cuma punya Naja kopinya lebih kuat dan gulanya sedikit lebih banyak. Liat aja, di cup nya ada nama kalian."

Mark terpaku sesaat, lalu ia menyunggingkan senyumnya.

"Thanks. Apapun pemberian lo gue terima."

Jeno tersenyum lebih lebar. Lalu setelah kembali dipersilahkan oleh Mark, ia melangkah masuk. Wangi amber menyeruak memasuki indra penciumannya. Jeno memejamkan mata sejenak menikmati aroma lembut tersebut.

"Itu Naja, di sofa," ucap Mark.

Jeno membuka matanya dan mendekat pada sofa. Ditatapnya sendu sang saudara kembar. Lalu helaan nafas terdengar darinya.

"Thanks ya Mark. Lo udah kasih tempat buat Naja tidur."

"Naja itu sahabat gue, Jen. Kalo cuma buat dia numpang tidur semalam doang sih gak masalah buat gue."

Jeno kembali tersenyum.

"Dia gak mau tidur di kamar bareng gue dan ngotot tidur di sofa. Alesannya kalo ada apa-apa sama lo biar dia bisa langsung lari keluar."

Sendu semakin jelas menghiasi paras tampan Jeno.

"Dia kekeh gak mau pulang. Karena takut trauma gue dateng. Karena seperti yang sudah-sudah. Setiap kali gue sedih, kecewa, atau marah, halusinasi itu selalu dateng."

"Terus kenapa dia gak nginep di tempat lo?"

"Karena suasana hati gue belum membaik Mark. Perasaan sedih karena perkataan Naja masih melekat kuat dalam dada gue tiap gue liat dia. Jadi gue minta dia pulang semalem."

Neighbour | MarkNo (END) Kde žijí příběhy. Začni objevovat