52. Final Chapter

1.7K 132 58
                                    

Happy reading

     

       

Naja dan Mark berdiri dalam diam di hadapan pintu UGD tempat Jeno ditangani pasca kecelakaan yang dialaminya. Keduanya sangat cemas dan juga takut, mengingat betapa parahnya kecelakaan yang menimpa Jeno. Mobil milik Naja bahkan sudah tak terbentuk lagi saking hebatnya kecelakaan tersebut. Saksi mata menyebutkan jika mobil Jeno nyaris bertabrakan dengan mobil lain, hingga ia menghindar. Namun naas, mobilnya justru menabrak pembatas jalan dan terguling beberapa kali.

Naja yang tiba 10 menit setelah kecelakaan berteriak hebat dan histeris ketika melihat Jeno dikeluarkan dari dalam mobil dengan susah payah karena terhimpit body mobil. Bukan kondisi mobilnya yang ia sesali. Tapi keadaan Jeno. Dengan darah menutupi hampir seluruh wajah serta tubuhnya, jelas sekali bahwa keadaannya sangat parah. Naja histeris. Ia menangis seraya terus meneriaki nama Jeno. Lucas dan Hendery memeganginya agar tak mendekat.

Sementara Mark hanya berdiri mematung. Tak ada yang keluar dari bibirnya. Ia terlalu syok. Jantungnya serasa berhenti melihat keadaan sang kekasih. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dengan tubuh bergetar, ia menangis di hadapan para sahabatnya. Devan menatapnya sedih dan merangkulnya. Ia memahami apa yang dirasakan sang sahabat.

30 menit setelah Jeno ditangani, ketiga sahabatnya, yaitu Yaksa, Haekal dan Refan datang. Nampak kesedihan yang sama dari wajah mereka bertiga. Haekal tengah menonton televisi ketika berita soal kecelakaan yang Jeno alami muncul di layar. Ia lalu menelepon Naja, yang diiyakan oleh pemuda tersebut. Lalu dengan mengajak kedua sahabatnya, ia datang segera menuju rumah sakit.

Tak lama setelah kedatangan ketiga sahabat Jeno, Tania datang dengan tergopoh-gopoh. Ia terkejut bukan main ketika Naja yang sudah kehabisan akal meneleponnya seraya menangis dan mengabarinya perihal kecelakaan yang menimpa sang adik. Naja terlalu kesal kepada kedua orang tuanya sehingga ia memilih menghubungi Tania. Ia enggan bicara dengan keduanya. Oleh karena itu ia meminta Hendery untuk menelepon papanya.

"Bunda..." ucap Naja dengan nada bergetar.

Ia yang sebelumnya sudah tenang kembali menangis. Tania segera meraihnya ke dalam pelukannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya wanita itu.

Lalu dengan derai air mata Naja menceritakan semua yang diketahuinya terjadi pada sang adik. Tania yang mendengarnya tertegun.

"Jeno mengamuk?" tanyanya.

"Iya. Dia teriak dan menangis seperti orang kesetanan. Dan itu semua karena papa."

"Memangnya apa yang diomongin papa kalian sampai Jeno mengamuk?"

"Jeno belum cerita detail Bunda. Dia cuma bilang papa menolak waktu Jeno mintai temani dia ke rumah sakit. Papa terlalu sibuk sama pekerjaannya. Bunda, papa egois. Papa mama egois. Satupun dari mereka gak ada yang peduli sama Jeno."

"Kata siapa mereka gak peduli? Mereka sangat peduli sama Jeno, Naja."

Naja menggeleng.

"Enggak! Mereka gak peduli. Kalo mereka peduli mereka gak akan nekat pergi ninggalin Jeno, dan menolak waktu Jeno minta ditemani ke rumah sakit. Mereka terlalu mentingin kerjaan mereka daripada Jeno."

"Tunggu dulu. Jadi orang tua kalian belum cerita?"

Naja menatap Tania bingung.

"Cerita apa Bunda?"

"Cerita soal alasan mereka buru-buru balik ke Singapore?"

Naja menatap Tania bingung.

"Memang apa alasannya, Tante?" Mark yang sedari tadi diam membisu tak bisa menahan diri untuk bertanya.

Neighbour | MarkNo (END) Where stories live. Discover now