5. Dua Sisi

2.1K 200 8
                                    

Happy reading

       

         

Matahari sudah beranjak naik ketika Mark pulang dari rutinitasnya berolahraga di hari minggu. Ia memang bangun sedikit lebih siang daripada hari sekolah. Namun Mark tidak pernah melewatkan kegiatan rutinnya yang sudah ia lakukan selama bertahun-tahun. Ia akan pergi jogging lalu menuju sport center dan berolahraga disana. Mark biasanya akan pulang menjelang siang. Sama seperti hari ini.

Mark melangkah masuk menuju gedung apartemennya, namun tak sengaja seseorang yang membawa sebuah kardus berukuran lumayan besar menabraknya.

"Sorry," ucap orang tersebut yang ternyata adalah Jeno.

Mark terpaku sesaat. Bukan karena terpesona. Tapi karena cara Jeno mengucapkan permintaan maaf yang menurut Mark terkesan dingin dan tak nampak seperti orang yang memang merasa bersalah. Ia lalu menggelengkan kepala. Setelah itu ia kembali melangkahkan kakinya menuju lift yang berada di ujung lorong. Belum juga ia sampai di lift, seseorang sudah menegurnya.

"Lamban banget sih jadi orang!" ucap Jeno.

Mark melongo mendengar penuturan pemuda itu.

"Apa?" tanyanya.

"Lo lamban banget jadi orang. Jalan udah kaya' siput aja."

Merasa kesal, Mark menyahut.

"Suka-suka gue mau jalan lambat kek mau cepet kek. Kenapa lo sewot?"

"Gue kesusahan ini mau pencet tombolnya. Ngerti dikit kek! Gak peka banget lo!"

"Bukannya itu barang bisa ditaruh dulu trus lo pencet tombol liftnya? Kenapa mesti nungguin gue yang lamban?"

"Ribet. Lagian kan ada lo. Mau naik juga. Kenapa gue harus susah-susah turunin barang gue?"

Mark mendengus kesal. Ia sudah lelah karena baru selesai berolahraga, masih harus berdebat dengan Jeno. Tanpa banyak bicara lagi Mark segera memencet tombol lift. Dan saat lift terbuka Jeno masuk lebih dulu. Mark hanya menatapnya seraya menggelengkan kepala. Setelah masuk ia kembali memencet tombol menuju unit apartemennya dan Jeno di lantai 7.

Selama berada dalam lift, baik Jeno maupun Mark tidak ada yang membuka suara. Mereka hanya berdiri berdampingan tanpa berinteraksi. Mark sebenarnya ingin mengenal lebih dekat adik sahabatnya itu. Namun melihat sifat Jeno yang nampak kurang bersahabat, ia berubah pikiran.

Ting!

Pintu lift terbuka. Mark membiarkan Jeno keluar terlebih dahulu. Setelah itu baru ia keluar. Saat tiba di depan unit apartemennya, Jeno sempat bingung karena tidak bisa memencet pin unitnya. Saat ia tampak dengan terpaksa hendak menurunkan barangnya, Mark menginterupsinya.

"Mau gue bantu?"

Jeno menoleh.

"Gak perlu. Gue bisa sendiri," jawab Jeno ketus.

"Kenapa? Lo takut gue tau pin lo trus main masuk unit lo sembarangan?" tanya Mark.

Jeno terdiam. Mark menghela nafas panjang.

"Gue bukan stalker, juga bukan penjahat. Gue siswa SMA kelas XI yang gak lain sahabat kakak lo. Kami kenal udah 2 taun dan dia tau gue dengan baik kalo lo gak percaya. Lagian Kak Donny lo itu juga menilai gue orang baik-baik."

Jeno nampak sedikit terkejut kala Mark membawa-bawa nama Donny.

"Ato siniin barang lo deh kalo lo emang setakut itu gue tau pin lo!"

Neighbour | MarkNo (END) Where stories live. Discover now