48. A Romantic Dinner

1.2K 116 16
                                    

Happy reading

   

   

Pada akhirnya Jeno tertidur. Setelah sempat bermesraan dengan Mark sebelumnya, ia terlelap karena sang kekasih terus mengusap-usap helai rambutnya seraya berbincang-bincang. Hingga akhirnya Jeno mulai merasa mengantuk. Mark dengan setia terus membuai Jeno. Hingga pemuda itu benar-benar terlelap. Setelah dirasa Jeno cukup nyenyak, akhirnya Mark menurunkan kepalanya secara perlahan-lahan. Ia turun dari sofa dan berjongkok di depannya, persis di hadapan wajah Jeno. Diamatinya sesaat wajah rupawan pemuda taurus tersebut, lalu diusapnya pipi tirusnya.

"Aku sangat mencintaimu Jeno. Rasanya rasa cintaku sudah terlalu dalam dan besar. Tapi kenapa aku merasa perasaanmu gak sebesar rasa cintaku?"

"Sayang, masih sebesar apa nama Donny bertahta di dalam hatimu? Kenapa luka atas kepergiannya belum juga sembuh dalam dirimu? Sampai kamu berubah menjadi murung dan tak lagi bisa tersenyum lepas."

"Sayang, bilang sama aku. Aku harus gimana supaya kamu bisa sembuh dari luka itu? Karena sungguh, aku sedih ngeliat kamu kaya' gini. Aku kangen kamu yang sebelumnya. Yang bisa tersenyum lepas dan tertawa hingga matamu menghilang. Aku gapapa kalo kamu belum bisa hapus nama Donny dari dalam hatimu, aku rela nunggu sampe kapanpun. Karena aku bener-bener cinta mati sama kamu. Gak ada nama lain yang pernah berkuasa begitu besar di hatiku. Cuma kamu satu-satunya, Jeno. Jadi... Kembalilah Sayang. Kembalilah seperti Jenoku yang dulu. Yang buat aku gak bisa berpaling dari senyum indahmu."

Lalu setelah mengucapkannya, Mark mencium kening Jeno cukup lama. Dan mengecup singkat bibirnya. Kemudian ia segera beranjak dari sofa.

    

°°

   

Selama Jeno tidur, Mark nampak sibuk di dapur. Ia masak dan mempersiapkan makan malam romantis seperti yang ia katakan pada Jeno tadi. Saking sibuknya ia sampai tak sadar jika Jeno sudah bangun. Pemuda itu mencarinya ke dapur. Lalu berdiri dalam diam mengamati Mark dari pintu. Hingga ia terkejut kala membalik badan dan menjumpainya ada di sana.

"Astaga Sayang! Kamu bikin kaget aja!" serunya.

Jeno hanya tersenyum kalem. Ia kembali menatap Mark yang kembali sibuk dengan masakannya. Hingga kemudian pemuda itu menoleh karena Jeno hanya diam saja.

"Kamu masih ngantuk?" tanyanya.

Jeno menggeleng.

"Trus? Kenapa diem aja disitu dan gak ngomong apa-apa?"

Jeno hanya menatapnya. Membuat Mark semakin bingung. Ia meletakkan peralatannya. Lalu menghampiri Jeno.

"Sayang, ada apa?"

Jeno kembali menggeleng. Namun tiba-tiba ia memeluk Mark. Sebelumnya Mark sempat melihat raut sedih tergambar di wajah manisnya.

'Apa dia denger semua yang ku omongin tadi?' batin Mark.

Beberapa saat kemudian Jeno mengurai pelukan mereka. Mark ingin bertanya lagi, namun urung ketika melihat ekspresi terluka di wajah Jeno.

"Aku mau balik ke apart dulu. Mau mandi," ucap Jeno akhirnya membuka suara.

Mark tersenyum.

"Iya Sayang. Kamu mandi dan siap-siap. Nanti jam makan malam kesini lagi."

Jeno mengangguk. Ia hendak membalik badannya namun Mark menahannya.

Neighbour | MarkNo (END) Where stories live. Discover now