41. Maaf, Jeno

1.4K 135 11
                                    

Happy reading

    

    

Ibu jari Jeno mengusap punggung tangan Donny dengan sangat lembut. Wajahnya tertunduk dan masih menyiratkan kesedihan. Mark, Hayden dan Tania yang duduk di sofa hanya menatapnya dengan sendu. Sementara yang lain beralih ke kamar Jeno.

Tak ada percakapan diantara semua yang sedang berada di kamar Donny. Mereka semua larut dalam kesedihan. Apalagi setelah melihat bagaimana reaksi Jeno sebelumnya. Tangisannya benar-benar menyayat hati.

Tania menatap pemuda itu lamat-lamat. Ia memperhatikan wajah tirusnya yang pucat. Terlihat jelas walau pemuda itu tengah menunduk. Beberapa saat kemudian ia bangkit. Didekatinya Jeno, lalu mengusap puncak kepalanya dengan lembut.

"Jeno," panggilnya.

Pemuda itu mendongak.

"Kembalilah ke kamarmu, Nak."

Jeno menggeleng.

"Kamu gak bisa disini terus, Sayang."

"Kenapa? Kenapa Jeno gak boleh disini terus? Bunda gak suka liat Jeno disini?"

"Bukan begitu Sayang... Maaf. Bunda bukan maksud ngusir. Tapi Jeno, wajah kamu pucat. Walaupun memang gak ada luka dalam yang serius, tapi kecelakaan tadi sedikit banyak mempengaruhi fisik kamu. Apalagi kepala kamu tadi terbentur. Pasti sekarang rasanya kepala kamu sakit tapi kamu tahan. Iya kan!?"

Jeno hanya terdiam mendengar nasehat Tania.

"Bunda cuma gak mau kamu makin sakit, Sayang. Bunda minta Jeno kembali ke kamar buat istirahat. Sampai kondisi badan kamu membaik. Kalo kamu sudah merasa lebih baik, kamu boleh kesini lagi kok," bujuk Tania.

"Jeno," panggil Hayden seraya mendekat.

Jeno hanya meliriknya sekilas.

"Papa tau kamu gak mau jauh dari Kak Donny. Tapi kamu juga harus istirahat, Sayang. Biar kamu cepet pulih."

Hayden semakin mendekat pada Jeno dan Tania beralih. Ia bergeser untuk memberi ruang pada keduanya.

"Jen, Kak Donny pasti sedih liat kamu kaya' gini. Kamu sakit tapi maksain buat nemenin dia. Kak Donny gak akan suka. Papa yakin kalo dia bangun pasti bakal nyuruh kamu balik ke kamar. Makanya, ayo balik ke kamar," ucap Hayden seraya mengusap-usap belakang kepala Jeno.

Jeno masih diam tak bereaksi. Hayden melirik pada Mark. Lewat tatapannya tersirat bahwa ia meminta tolong pada Mark untuk membantu membujuk Jeno. Pemuda itu mengangguk lalu bangkit. Dia bertukar tempat dengan Hayden.

"Sayang..."

Mark memutar kursi roda Jeno lalu bersimpuh di depannya. Diraihnya tangan sang kekasih, lalu digenggamnya dengan lembut. Jeno menoleh padanya dan tatapan sendunya menyapa penglihatan Mark. Pemuda itu menjadi iba padanya.

"Aku tau kamu nguatirin Donny. Aku ngerti kalo kamu takut dia kenapa-napa kalo kamu tinggal. Tapi kalo kamu maksain keadaan kamu, yang ada kamu gak sembuh-sembuh. Dan Donny gak akan suka liat kamu sakit terus. Dia pasti bakal sedih. Kamu mau Donny jadi sedih sampe kepikiran trus keadaannya memburuk?"

Jeno menggeleng.

"Makanya, kita balik ke kamar kamu ya? Istirahat yang cukup, makan yang teratur, biar bisa cepet sembuh dan bisa jagain Donny. Ya Sayang?"

Neighbour | MarkNo (END) Where stories live. Discover now