45. Bahagia

1.1K 126 27
                                    

Happy reading

   

   

"Jeno ikhlas Kak. Pergilah kalo memang Kakak mau pergi. Jeno sudah ikhlas."

Kalimat itu seolah menggema hingga ke dalam ruang ICU tempat Donny dirawat. Lirih dalam pengucapannya, namun seakan terdengar oleh pemuda tersebut. Ia membuka matanya tepat ketika Jeno menutup mulutnya. Bibir pucatnya bahkan sempat menyebut nama kesayangannya tersebut.

"Je.. No..."

Lirih. Sangat lirih. Karena sudah tak ada lagi daya dalam tubuhnya. Namun lirih kalimat tersebut didengar Naja yang duduk di sisinya seraya menggenggam erat tangannya. Pemuda itu seketika bangkit dari duduknya dan mendekat pada Donny.

"Kak Donny?" pekik Naja kaget.

"Je-No..." lirih Donny lagi.

Naja menoleh pada kaca. Ia melihat bagaimana Mark dengan penuh kelembutan mencoba menenangkan Jeno yang tengah menangis dalam pelukannya. Tatapan keduanya bertemu. Melihat bagaimana terkejutnya Naja, Mark mengerti jika sesuatu telah terjadi. Ia membeku. Mengira Donny benar-benar telah pergi.

"JENO!" pekik Naja dari dalam.

Pemuda yang tengah menangis itu menjauhkan wajahnya dari tubuh Mark. Ia menoleh pada Naja.

"Kak Donny sadar!"

Baik Jeno maupun Mark terkejut bukan main. Seketika itu pula mereka masuk ke ruangan tempat Donny dirawat. Langkah kaki Jeno melambat kala berada di dekat brankar Donny. Netranya yang semula telah kering kembali mengembun. Badannya bergetar, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kak Donny..." lirihnya.

Naja melepas genggaman tangannya, lalu menarik Jeno agar mendekat pada Donny.

"Je-no..." balas Donny.

"Iya Kak. Jeno disini," ucap Jeno seraya meraih tangan Donny dengan lembut.

"Je-no.. S-say-yang... Ka-kak ka-ngen..."

Air mata Jeno mengalir deras kala mendengar pernyataan Donny.

"Jeno juga kangen Kakak," ucapnya dalam isak tangis.

     

°°

   

Hayden dan Tania telah kembali setelah ditelepon oleh Naja. Kini mereka berdiri di depan ruangan bersama Naja dan Mark. Menanti dokter selesai memeriksa keadaannya. Sementara Jeno tetap berada di dalam karena Donny enggan melepas tangannya.

Para medis sangat terkejut kala mengetahui Donny sadar kembali. Mengingat keadaannya yang sudah tak mungkin bisa bertahan.

Beberapa saat menanti, salah seorang dokter keluar. Ia meminta persetujuan Hayden dan Tania atas sesuatu yang menjadi permintaan Donny.

"Donny minta semua alat medis di tubuhnya dilepas," ucap sang dokter.

Keempat orang di hadapannya nampak terkejut.

Neighbour | MarkNo (END) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz