50. Deep Talk

1.2K 112 22
                                    

Happy reading

    

     

Pagi menjelang. Jeno lebih dulu membuka mata. Ia menoleh ke samping kala mendengar dengkuran halus Mark. Pemuda di sisinya itu nampak sangat lelap. Jeno memutar tubuhnya perlahan-lahan menghadap sang kekasih. Ia menatap Mark lekat-lekat. Betapa tampan kekasihnya tersebut. Bibirnya yang tipis serta hidungnya yang mancung, menambah rupawan pemuda tersebut.

Jeno merasa sangat beruntung. Bukan hanya wajahnya rupawan, tapi hati Mark benar-benar bak malaikat. Pemuda itu selalu memperlakukannya dengan sangat baik dan lembut. Mark selalu menjaga bukan hanya dirinya tapi juga hatinya. Ia selalu bisa menenangkan Jeno disaat sedang sedih, kesal, ataupun marah. Selain itu Mark juga sanggup menyadarkan Jeno saat halusinasinya datang.

Tangan Jeno terulur. Ia mengusap si wajah Mark dengan sangat lembut. Agar tak membangunkan pemuda tersebut. Lalu mulai bermonolog.

"Mark, memang benar Kak Donny masih ada di hatiku. Tapi sebagai masa lalu, Mark. Dia cinta pertamaku. Kak Donny yang pertama kali bikin aku merasa nyaman dan aman. Kak Donny yang selalu melindungi aku dari para pembully brengsek itu. Kak Donny yang selalu ngobati lukaku. Yang selalu ada disisiku untuk hibur aku. Disaat mama papa dan satu-satunya saudaraku ada di tempat yang jauh. Perasaanku begitu besar karena cuma dia yang paling mengerti aku dan selalu menemani aku sebelumnya. Salahkah kalau aku menyimpan perasaan begitu dalam buat dia, Mark?"

"Karena itulah aku merasa sangat terluka dan terpuruk ditinggal Kak Donny. Bayangan dirinya, senyumnya, kata-katanya yang manis dan lembut, semuanya terngiang-ngiang di otakku. Hatiku sakit, Mark. Aku sakit karena salah satu orang terkasihku pergi. Tapi aku memilih menyimpannya dalam hati. Aku gak mau semakin membebani orang-orang di sekitarku. Aku mau terlihat kuat di hadapan kalian semua. Tapi di balik itu semua, aku benar-benar hancur."

"Mark. Maafin aku yang gak jujur. Maaf karena aku melanggar janjiku sendiri untuk selalu terbuka dan ngungkapin semuanya ke kamu. Sudah cukup Mark. Sudah cukup aku membebani kamu. Sudah cukup banyak yang kamu lakuin buat aku. Aku tau kamu ngelakuinnya dengan sukarela. Tapi sekali lagi aku gak mau terus-terusan nyusahin kamu. Karena aku sayang kamu Mark."

"Mark, kamu gak perlu berusaha terlalu keras buat nyembuhin lukaku karena kehilangan Kak Donny. Biar waktu yang menjawab semua. Tapi aku mohon Mark. Jangan pernah pergi! Jangan tinggalin aku sendiri, Mark! Aku sungguh-sungguh waktu aku bilang aku cinta kamu. Dan aku mau sama kamu seterusnya."

"Aku juga mau sama kamu seterusnya, Jeno."

Ucapan Mark benar-benar mengejutkan Jeno yang fokus bermonolog seraya memainkan kaos yang dikenakan oleh sang kekasih.

"Mark? Kamu sudah bangun?"

Mark tersenyum tipis.

"Sudah Sayang."

"Kamu denger semua?"

"Emang kamu ngomong apa aja? Aku bangun waktu kamu bilang kalo aku gak perlu berusaha keras buat nyembuhin luka hatimu."

Jeno menatap Mark lekat.

"Tapi sepertinya kamu udah ngomong banyak hal."

Jeno tidak mengatakan apapun. Ia hanya menatap Mark.

"Kamu denger omonganku kemarin ya?"

Kali ini Jeno mengangguk.

"Aku denger dengan baik. Tapi aku terlalu ngantuk buat bangun. Jadi aku diem aja."

Lagi-lagi Mark tersenyum. Ia merapikan helai rambut Jeno yang menutupi sebagian mata indahnya.

"Sayang."

Neighbour | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang