12. Maaf

1.8K 166 11
                                    

Happy reading

      

     

Pukul 15.00 bimbingan diakhiri oleh Jack. Pemuda itu khawatir melihat kondisi Jeno yang nampak tidak baik-baik saja. Adik kelas yang tengah diincarnya itu terlihat murung. Jeno banyak diam selama bimbingan.

"Gue rasa cukup untuk hari ini, Jen," ucap Jack.


Jeno yang tengah asyik mencatat seketika mendongak. Ia lalu meraih ponselnya, dan melihat jam pada benda itu.

"Masih 1 jam Kak?" tanyanya.

Jack menghela nafas.

"Kita gak bisa lanjutin bimbingan kalo lo seperti ini," ucapnya.

Jeno mengernyit.

"Maksud Kak Jack?"

"Keadaan lo sepertinya lagi gak baik."

Jeno tertegun. Ia sedikit terkejut akan pernyataan Jack. Ia tak mengira Jack akan menyadari perubahan sikapnya. Padahal Jeno berusaha untuk tidak menunjukkannya.

"Lo lagi ada masalah?"

Enggan menjawab, Jeno hanya menggeleng.

"Yakin? Lo bisa cerita sama gue kalo lo emang lagi ada problem. Lo bisa tumpahin semua uneg-uneg lo ke gue, Jen."

Jeno menatap lurus pada Jack. Cara bicara sang kakak kelas yang lembut jujur saja membuatnya merasa nyaman.

"Gue bisa atasi sendiri Kak. Maaf, tapi ini masalah pribadi. Gue gak bisa cerita sama orang lain."

Jeno memilih menutup diri.

"Kalo gitu jangan anggap gue orang lain."

Lagi. Jeno dibuat tertegun oleh pernyataan Jack.

"Jeno, gue-"

"Gue gak bisa Kak. Please, jangan paksa gue."

Jack terdiam. Ia menatap Jeno tepat pada manik matanya. Dan melihat ada luka yang coba ditutupinya disana.

"Sorry. Gue gak bermaksud maksa lo, Jen. Gue cuma pengen bantu lo keluar dari kesedihan lo."

"Gue ngerti. Tapi ini terlalu pribadi untuk gue bagi sama orang lain."

Jack menghela nafas kasar.

"Ya sudah. Gue gak akan maksa. Tapi gue mau lo inget, kapan pun lo butuh tempat buat ngadu, kapan pun lo butuh sandaran, lo bisa hubungi gue."

Jeno tersenyum, lalu mengangguk.

"Thanks Kak."

Jay terpaku melihat senyuman Jeno. Walau bukanlah senyum manis penuh kebahagiaan yang membuatnya jatuh dalam pesona pemuda itu, tapi Jack tetap tak bisa menahan gejolak hatinya setiap melihat lengkung indah netra sang adik kelas.

'Walau mata indahmu tampak penuh luka, tapi tak mengurangi sedikitpun pesonamu, Jeno. Dan aku menjadi semakin ingin memilikimu.'

"Kak..." Panggilan Jeno membuyarkan lamunan Jack.

"Ah, sorry. Kalo gitu kita akhiri aja ya? Besok kita sambung lagi."

"Jadi ini beneran udahan?"

Jack mengangguk.

Neighbour | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang