8. Halusinasi (2)

2.2K 196 12
                                    

Happy reading

     

      

Mark, Hendery, dan ketiga teman Jeno menunggu di depan kelas dengan perasaan khawatir dan penuh tanda tanya. Mereka sudah tak mendengar teriakan Jeno lagi sejak Yaksa memasang headphone pada telinga pemuda itu. Mark jadi teringat kebiasaan Jeno beberapa kali menyetel musik sangat kencang bahkan di malam hari. Rupanya itu untuk menghalau halusinasi-nya.

Selain itu obat yang tadi diminta oleh Naja, adalah obat yang sama yang ia lihat sewaktu kurir salah mengirimkan padanya waktu itu. Mengingat itu Mark meraih ponselnya. Ia mencari tahu tentang obat tersebut. Dan ia terkejut kala membaca sebuah artikel.

Duloxetine merupakan obat antidepresan jenis serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs). Obat ini bekerja dengan cara mengembalikan keseimbangan kadar serotonin dan norepinefrin di dalam otak. Dua senyawa kimia ini berperan dalam mengatur perasaan dan suasana hati. Dengan lebih seimbangnya kadar zat kimia ini di dalam otak maka keluhan dan gejala depresi dan gangguan kecemasan bisa mereda.

"Depresi?" pekiknya tanpa sadar.

Keempat orang di sisinya seketika menoleh padanya.

"Apa Mark?" tanya Hendery.

"Obat itu. Obat antidepresan," jawab Mark yang juga membuat keempatnya terkejut.

"Sebenernya apa yang terjadi tadi?" tanya Hendery pada ketiga teman Jeno.

"Kami gak tau gimana awal mulanya. Cuma tadi pas kami lagi siap-siap mau pulang Kak Johnny kesini nyamperin Yaksa, ngasih tau soal lomba taekwondo. Abis itu, begitu Kak Johnny pergi, tiba-tiba badan Jeno gemetar. Trus gak lama dia kaya' gumamin sesuatu sambil tutup telinganya. Pas kami tanya kenapa, dia malah teriak-teriak. Kami kaget. Kami oba buat nenangin dia. Tapi dia malah lari ke pojokan. Kami coba terus buat nenangin dia tapi gak berhasil," terang Haekal.

"Terus Yaksa nyuruh gue panggil Kak Naja," sambung Refan.

Mark dan Hendery saling pandang.

"Pasti ada yang bikin dia trauma sampe ngalami halusinasi," ucap Hendery.

"Mungkin aja," ucap Mark.

"Sebelumnya pernah kejadian gak?" tanya Mark pada ketiga teman Jeno.

"Gak pernah sih Kak. Cuma tadi seharian Jeno banyak diem," jawab Haekal.

"Bukannya dia memang pendiam?" tanya Hendery.

"Iya. Tapi dia belakangan sudah mulai banyak berinteraksi sama kami. Sudah mulai terbuka. Tapi hari ini dia lagi-lagi diem. Gak mau ngomong sama sekali. Bahkan mukanya keliatan gimana... gitu," jawab Haekal lagi.

"Yeah. Jeno banyak nunduk. Dan sekarang gue ngerti arti ekspresi dia seharian ini. Dia seperti orang yang lagi sedih dan juga ketakutan," ucap Yaksa.

"Ketakutan? Takut apa?" tanya Hendery lagi.

Ketiga teman Jeno mengangkat bahu tanda tak mengerti.

"Guys!" teriak Naja dari dalam mengejutkan mereka berlima.

Mark dan yang lain bergegas membuka pintu dan masuk. Mereka terkejut kala mendapati Jeno duduk bersandar tak berdaya dalam dekapan Naja.

Neighbour | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang