592 - Koloni Manusia di Dalam Kota Berkabut

26 4 40
                                    

Saat JiU akan membawa Gahyeon pergi menuju sumber keberadaan manusia yang jumlahnya banyak, di mana kita tahu bahwa di sekitar sana ada koloni manusia, tiba-tiba Dami berbicara.

“Tunggu dulu, siapa yang bilang kalau kita akan pergi ke arah sana?” ucap Dami yang membuat JiU berhenti.

“Tapi aku ingin melihat para manusia itu, aku ingin memastikan apakah mereka sungguhan manusia.”

“Kau sudah merasakan keberadaan mereka bukan? Untuk apa memastikan? Kita tidak ada urusan di tempat ini.”

“Ayolah, aku ingin memeriksa. Hanya sebentar, aku tidak mau melihat mereka menggunakan kekuatanku, takut menyakiti mereka.”

“Tidak.” Dami langsung menolak mengizinkan JiU pergi.

“Kakak bisa melihat mereka?” tanya Gahyeon yang tampaknya penasaran dengan apa yang JiU akui, berbeda dengan JiU, ia mengingat semua yang terjadi di dalam alam bawah sadarnya dan ia begitu penasaran dengan kekuatan JiU, apalagi ia tahu kalau ternyata selama ini mereka ada dua, entah bagaimana cara dan apa alasan yang membuat itu terjadi.

“Eum ya, sejak kakak membangunkan kamu kemarin, kakak tiba-tiba tahu sesuatu. Yaitu bisa memasuki pikiran orang lain.”

“Itu aku sudah tahu. Apa hubungannya dengan bisa melihat mereka?” tanya Gahyeon lagi, ingin lebih tahu secara spesifik.

JiU pun menjelaskan. “Kakak bisa melihat dan merasakan apa yang dilihat seseorang yang pikirannya kakak masuki.”

“Apa?” tanya Dami dan Gahyeon serempak. Ya, tanpa melakukan latihan atau pertarungan, JiU mendapatkan power upnya sendiri, atau lebih tepatnya bukan power up, melainkan semua kemampuan yang tertimbun mulai muncul satu-persatu dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Kemungkinan besar, sosok JiU yang satunya lagi mulai memberikan akses lebih banyak pada kemampuan yang mereka miliki.

“Ya, tapi aku masih belum mau menggunakannya.” JiU membalas dengan bangganya. “Jangan mengganti topik, ayo kita lihat dulu, aku ingin tahu soal mereka.”

“Tidak boleh.” Dami langsung menolak lagi, Gahyeon mengangguk setuju dengan keputusan Dami.

“Dua puluh menit.” JiU menawar.

“Tidak.”

“Itu terlalu lama. Kita harus berangkat.” Gahyeon menambahkan penolakan Dami.

“Sepuluh menit.” JiU langsung mengangkat kesepuluh jarinya ke depan, masih menawar.

“Ayo pergi.” Dami berbalik badan, berniat melangkah dengan tangan yang masih memegang tombaknya.

“Kak JiU ayo pergi.” Gahyeon berniat menuntun JiU juga mengikuti.

JiU menahan langkah Gahyeon, lalu kembali bicara, kali ini ia membujuk. “Dua menit, aku mohon dua menit.”

Akan tetapi Dami tidak menghentikan langkahnya, Gahyeon juga menarik tangan JiU untuk ikut pergi, tapi JiU masih saja menolak bergerak, ia kembali bicara. “Tunggu, tunggu, sepuluh detik. Hanya sepuluh detik, kumohon.”

“Kakak kenapa bersikukuh sih? Kita harus pergi.” Gahyeon sedikit heran, ia tidak menyangka JiU begitu penasaran dan tertarik dengan para manusia ini.

“Dami, sepuluh detik saja, tidak lebih, ya, ya, ya.” JiU memohon dengan gelagat manis dan kekanakannya.

Dami pun berhenti lalu memutar pandangan, ia melihat ekspresi wajah JiU yang memelas sedangkan Gahyeon sudah berhenti mencoba menarik JiU. Dami pun menghela napasnya. “Huh, oke, hanya sepuluh detik.”

“Terima kasih banyak! Ayo Gahyeon!” serunya yang langsung mengangkat Gahyeon terbang bersamanya.

Sepanjang perjalanan, tidak ada hal yang mengganggu atau menghalangi, lebih tepatnya Dami menyingkirkan setiap monster yang mengintai di balik kabut sebelum para monster itu sempat mendekat dan menyerang mereka, ia bisa dengan mudah membunuh mereka dengan sekali serangan, kemampuan penglihatannya benar-benar sangat efektif dan berguna dalam keadaan seperti ini.

Nightmare - Escape the ERA 5th Stories (Dreamcatcher)Where stories live. Discover now