561 part 5

17 7 1
                                    

Yunho segera menjauh dari lokasi pengepungan, ia yang mampu memanipulasi benda-benda di sekitar, ia dengan mudah membuat jalan, saat itu ia sedang berlari di reruntuhan kota sendirian. Setelah sekitar dua kilometer jauhnya dari lokasi pengepungan, Yunho tiba di daerah reruntuhan yang memiliki cekungan yang membentuk kubangan dengan radius lima puluh meter dengan air yang jernih.

Di dekat tepi kubangan seberang sana, ada bongkahan puing yang mencuat dari air jernih di mana Yoohyeon sedang berdiri, menunduk memperhatikan segala hal yang terpantul dari air jernih tersebut. Melihat keberadaan gadis itu, Yunho pun terkejut.

Beberapa visual mengenai kebersamaan dirinya dengan Yoohyeon pun tergambar jelas seolah itu adalah tayangan adegan 3 dimensi yang begitu jelas. Terlihat ia dan Yoohyeon yang sedang berada di atas kapal selam yang sedang naik ke permukaan, memperhatikan kondisi laut berangin dengan pemandangan samudera biru, langit cerah dan beberapa lumba-lumba berenang di sekitar kapal selam itu, melompat timbul ke udara lalu kembali terjun ke dalam air menciptakan cipratan tinggi.

Yoohyeon dan Yunho hanya berdiri bersebelahan menyaksikan binatang-binatang cerdas itu ber-atrkasi dengan lincahnya. Meski adegan kebersamaan itu tidak romantis, akan tetapi hal tersebut membuat perasaan Yunho menjadi berkecamuk.

Sensor bahaya Yunho seketika aktif membuat visual itu lenyap seketika. Saat sadar, ia sudah melihat Yoohyeon tepat berada di hadapannya dengan katana yang sudah ada di atas, bersiap terayun lurus ke bawah.

Dengan gerakan yang cepat, Yunho mengelak ke samping yang mana tebasan itu langsung memotong reruntuhan yang ada di sana. Yunho melompat mundur sejauh beberapa meter, menyaksikan reruntuhan yang terpotong memiliki radius yang luas.

“Tunggu dulu, aku tak mau bertarung melawanmu.” Yunho mencoba berbicara pada gadis itu.

“Kalau begitu, diam di sana.” Yoohyeon bergumam begitu pelan dan datar, akan tetapi Yunho dapat mendengar suara gadis itu cukup jelas.

Yoohyeon kembali melompat ke arah Yunho sambil mengayunkan senjatanya. Kali ini Yunho tidak mengelak, tangan kanannya memunculkan laser merah yang mana langsung membentuk sebilah pedang. Ia menggunakan pedang bercahaya itu untuk menangkis tebasan Yoohyeon.

Ketika kedua senjata itu saling beradu, Yoohyeon sedikit terkejut karena pedang yang Yunho buat tidak terpotong. Akan tetapi hal tersebut hanya sedetik, karena Yoohyeon melanjutkan serangan menendang dada pria itu sampai terlempar ke tengah kubangan air.

Yoohyeon mengayunkan katana, melepaskan beberapa tebasan yang membelah air kubangan itu. Akan tetapi, Yunho langsung menyentuhkan tangan kirinya ke permukaan air, alhasil terjadi ledakan pada seluruh kubangan itu, di mana seluruh air membeku menjadi es yang sangat padat.

Tebasan Yoohyeon menghancurkan seluruh es menjadi banyak bongkahan dengan berbagai ukuran. Yoohyeon melompat maju menuju ke arah bongkahan-bongkahan es yang mulai berjatuhan, berniat melanjutkan serangan, akan tetapi Yunho sudah lenyap dari lokasi di mana seharusnya ia berada.

Pada saat itulah, ketika Yoohyeon mengedarkan pandangan ke sekitar, ia langsung mengangkat pandangan ke atas, di mana Yunho sudah berada di sana, sebelum sempat Yoohyeon mengangkat katananya, Yunho sudah menabrak gadis itu membuat mereka jatuh bersama ke permukaan cekungan kubangan tanpa air.

Yunho memegang pergelangan tangan kanan Yoohyeon, sedangkan tangan satunya memegang lengan atas gadis itu sehingga gadis itu tak bisa melakukan serangan. Yoohyeon menghantam permukaan dengan punggung lebih dulu, akan tetapi benturan itu tidak berarti apa-apa, tidak memberikan rasa sakit apa pun. Ia berada dalam posisi terlentang.

Yunho yang berlutut di atasnya memandang wajah Yoohyeon sendu, kedua lutut Yunho berada di sisi pinggang kanan dan kiri Yoohyeon sebagai tumpuan menyentuh permukaan, pria itu tidak menindihnya. Bersamaan dengan hal tersebut, bongkahan es dalam berbagai ukuran yang berjatuhan berubah menjadi partikel es berukuran kecil yang tertiup angin, semuanya menjadi ringan dan memantulkan cahaya matahari sehingga menciptakan pelangi.

“Bagaimana bisa kau tak mendeteksimu?” tanya Yoohyeon masih tanpa ekspresi, inilah yang dirinya pertanyakan karena selama ini ia selalu tahu setiap lawan akan menyerang, sekalipun tanpa melihat, ia selalu tahu dari arah mana musuh menyerang dan bagaimana cara menghindari serangan itu dengan efektif. Akan tetapi, yang kali ini berbeda, ia sama sekali tidak menyadari keberadaan Yunho dan tidak menyadari sampai detik terakhir kemunculan pria itu, tahu-tahu kedua tangannya sudah disegel.

Saat ini Yoohyeon tidak mengeluarkan tenaga sedikit pun, membiarkan Yunho berada di atasnya dengan menyegel pergerakan tubuhnya.

“Aku tak berniat menyerangmu. Aku ingin berbicara.” Yunho membalas pelan. Posisi wajah mereka cukup berdekatan mengingat kedua tangan Yoohyeon agak merentang sehingga Yunho yang memegangi kedua tangan itu harus lebih mencondongkan tubuh.

“Tak ada yang perlu dibicarakan,” balas Yoohyeon tanpa emosi, pada saat itulah Yoohyeon hendak bergerak, akan tetapi tanah-tanah di sekitar tangan dan kaki Yoohyeon bergerak lalu menjadi belenggu yang mengunci gerakan gadis itu.

“Dengarkan aku.” Yunho masih berusaha berbicara.

“Tidak.”

“Kita pernah hidup bersama di masa lalu!” seru Yunho secepatnya saat Yoohyeon mulai mencoba memberontak. “Kau mungkin tidak mengingat semuanya, tapi pasti ada sesuatu yang tertinggal di hatimu.”

Yoohyeon berhenti berontak, melihat reaksi itu, Yunho pun menganggap apa yang dirinya katakan membuahkan hasil, akan tetapi mata Yoohyeon tiba-tiba berubah dan taringnya memanjang.

“Sesuatu seperti itu ... sudah kubuang,” gumam Yoohyeon. Ia pun dengan mudah melepaskan seluruh kekangan pada tubuhnya, Yunho langsung dilemparkan begitu jauh sampai menembus puing dan reruntuhan di sekitar sana.

Di tengah puing, Yunho bersandar pada dinding dengan darah yang muncul pada wajah dan tubuhnya, meski semua darah itu perlahan kembali meresap ke dalam tubuh dan luka mulai menghilang, hal ini menandakan seberapa kuatnya Yoohyeon.

“Sial, ini tidak berhasil.” Yunho langsung mengumpat dalam benaknya. Tahu kenyataan di masa lalu mereka hidup bersama membuat Yunho tak mungkin melukai Yoohyeon, ia tak peduli visual itu palsu atau kenyataan, yang menentukan adalah perasaannya di mana perasaan yang ia milikilah yang memberitahu semua itu benar, ada kerinduan besar yang dirasakan tiba-tiba dan tanpa sebab setelah melihat Yoohyeon.

Belum sempat melakukan apa pun, dalam sekejap mata Yoohyeon tiba-tiba muncul di hadapan pria itu, menginjak dadanya sampai menekan ke dinding.

“Dengarkan aku, aku tidak berbohong, kau dan aku saling mengenal. Kita memiliki perasaan satu sama lain.” Yunho masih berusaha meyakinkan dengan mengajak Yoohyeon berbicara.

“Tolonglah, beri aku kesempatan untuk bicara.”

“Aku sudah mematikan emosi dan perasaanku.” Yoohyeon mengungkapkan hal yang membuat Yunho sangat terkejut. Ya, pada kisah dunia supernatural, vampir biasa mematikan perasaan dan emosinya sehingga tidak ragu memburu dan memangsa manusia, tidak ada rasa takut dan rasa belas kasih saat mengisap seluruh darah manusia sampai habis. Dan hal seperti ini, ternyata dilakukan oleh Yoohyeon juga, ia mematikan perasaan dan emosinya.

“Ini gawat.” Yunho bergumam pelan.

Sudut pandang pun diperlihatkan daerah reruntuhan yang menjadi lokasi mereka berada langsung hancur seketika dengan serangan yang Yoohyeon lakukan. Lalu beberapa detik berikutnya, terlihat Yoohyeon yang bibirnya masih memiliki darah yang menetas, tangan kanan memegang katana yang berlumuran darah dan tangan kiri yang memegang kerah jaket belakang Yunho, ia menyeret tubuh pria itu dengan mudahnya.

Terlihat jelas kondisi Yunho yang terluka parah, ada tiga sayatan pada kedua kakinya, banyak sayatan di tubuh dan satu di leher, empat sayatan panjang juga terlihat dari bahu kiri sampai pinggul kanan. Luka parah itu membuat Yunho tak berdaya, bahkan kemampuan regenerasinya tidak cukup untuk membuat luka-luka itu pulih dalam waktu dekat.

Yoohyeon tiba-tiba menghentikan langkah tatkala melihat kota yang menjadi tujuannya meledak dahsyat, ledakan yang membentuk jamur pun membumbung tinggi ratusan meter ke langit.

“Apa yang dia lakukan?” gumam Yoohyeon pelan tatkala menyaksikan hal tersebut.

***

Apa sudah terlihat jelas Yoohyeon sebagai evil?
Btw, aku buat pertarungannya singkat aja, selain ini anggap aja preview, aku lagi stuck ide dan gak semangat.

Nightmare - Escape the ERA 5th Stories (Dreamcatcher)Where stories live. Discover now