574 - Anting Rosario

22 8 1
                                    

Kalian pernah gak sih berpikir kalau DC kita debut di agensi besar? Apa yang akan terjadi?
Terkenal udah pasti.
Sayangnya gak akan ada warna baru di dunia kpop, gak akan ada lagu-lagu mantap yang muncul dan kayaknya aku akan memegang prinsip gak akan ngebucin sama grup mana pun. Kenapa gak akan ngefans? Daya tarik pertama aku ke DC jelas adalah lagu, aku bukan pemuja visual. Kemungkinan besar di agensi lain, setelah Chase me, DC banting stir dan bisa jadi lebih parah.
Alasan aku ngebucin pertama adalah suara Siyeon and Yoohyeon yang mantap.

Btw, kalau aku gak ngefans, cerita ini pun kayaknya gak akan pernah lahir. Cerita pertamaku dengan jumlah kata tembus 1 juta kata.

Dahlah, udahan cuap-cuap gajenya.

Oke, semuanya, ini adalah babak baru dalam cerita ini. Sebelum kita masuk ke konflik baru, akan dibahas dulu bagaimana cara membuat Gahyeon sadar dari kondisi koma. Btw kalian baca judul bab kali ini, merasa familier gak? Harusnya iya.

***

Pesawat berjalan secara otomatis berada di ketinggian melintasi awan putih, hari sudah siang dan kondisi cukup cerah, tidak lama lagi pesawat akan meninggalkan daerah bersalju. Laju pesawat cukup pelan, bisa dikatakan sangat pelan, SuA tidak buru-buru melajukan pesawat karena alasan yang masuk akal, yaitu tidak akan ada yang mengejar dalam waktu dekat, ditambah tidak ada tujuan yang pasti karena ia sendiri tidak tahu harus ke mana.

Ini adalah beberapa jam setelah meninggalkan Islandia, SuA sedang duduk di kursi kemudi, tatapannya tertuju pada pemandangan di balik kaca depan di mana dinding-dinding logam terbuka menunjukkan pemandangan di luar pesawat.

Sedangkan di sisi kiri dan kanan terdapat layar hologram di mana rangkaian algoritma dan kode yang belum bisa SuA selesaikan. Dami yang baru memasuki ruangan itu melihat SuA sendirian, fokus dengan apa yang sedang diperhatikan, layar hologram itu tampak kembali mengalami eror sehingga SuA sendiri tidak bisa mengendalikan laju pesawat itu, ia juga belum tahu ke mana arah tujuan karena koordinatnya tidak bisa ia lihat.

“Kau sedang melakukan apa?” tanya Dami. SuA menoleh ke arahnya, kemudian tersenyum melihat Dami.

“Hai, aku berusaha menenangkan diri.” Ia menjawab, tatapannya kemudian beralih ke arah layar-layar hologram.

Dami ikut duduk di samping SuA, ia ikut memperhatikan layar yang saat itu tidak bisa diapa-apakan.

“Siyeon sudah bangun, kau mau menanyainya sesuatu?” tanya Dami.

SuA yang sedang banyak pikiran, ia tidak berminat melakukan hal lain terlebih dulu, maka dari itu ia pun membalas. “Nanti saja, lagi pula dia akan  bercerita tanpa diminta kalau ada hal yang harus kita ketahui.”

“Kupikir ini adalah sesuatu yang penting, tapi dia tidak mau bercerita.”

“Tak apa, hal itu bukan sesuatu yang perlu kita pikirkan sekarang.” SuA malah tidak terlalu memedulikan hal tersebut, tidak tahu bahwa kemungkinan besar hal ini akan menjadi bahaya bagi mereka. Dami sendiri memutuskan untuk tidak memedulikan hal tersebut.

SuA pun kembali membahas apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. “Aku masih bertanya-tanya, siapa yang membantu kita. Padahal kupikir JiU sudah bangun dan melakukan semua itu.”

Dami pun mulai menilai dari apa-apa yang dirinya dapatkan waktu itu. “Dilihat dari kemampuan pengendalian, telekinesis yang dilakukan berada dalam skala besar, seharusnya dia belum bisa melakukan hal tersebut.”

SuA kembali teringat dengan pesawat berukuran besar yang ditumpangi para pria mulai rusak, daratan yang mana balok-balok es mulai terangkat, semua yang terjadi, memang berada di luar kemampuan JiU yang saat ini memang masih terbatas. Ia pun mulai tersadar dengan apa yang terjadi saat itu karena JiU bukan merupakan orang yang mampu melakukan  hal-hal tersebut.

Nightmare - Escape the ERA 5th Stories (Dreamcatcher)Where stories live. Discover now