Lingga Baganti- 48 Flashback

644 88 2
                                    

"Kamu benar-benar mau pergi ke sana?"

Pemuda yang tengah membaca buku itu mengangguk.

"Hanya karena ingin mencari urban legend yang populer itu?"

Pemuda itu menghentikan aktivitas membacanya. "Aku merasa ada sesuatu yang harus aku selesaikan di sana, mungkin ini yang dimaksud nenek."

Wanita itu tersenyum. "Kalau begitu kamu harus hati-hati, Saddam. Kakak akan selalu dukung kamu. Kakak gak percaya kamu udah besar sekarang, kakak akan melakukan yang terbaik untuk kamu."

Pemuda itu menyunggingkan senyuman tipis. "Terimakasih karena selalu ada, kakak seharusnya jaga diri baik-baik."

★★★

Itu adalah hari pertama tahun ajaran baru dimulai, tampak semua serbuk berlian itu datang diantarkan orang tua mereka masing-masing, seperti berlomba-lomba memperlihatkan mobil siapa yang paling mewah di antara semuanya.

Sistem di Lingga Baganti berbeda dengan sekolah kebanyakan, Lingga Baganti hanya membuka pendaftaran setiap tiga tahun sekali, mereka hanya punya satu tingkatan kelas, jadi semua murid di sekolah ini satu angkatan, tak mengenal adanya Kakak kelas atau adik kelas.

Pertama kali menginjakkan kaki di gerbang tingginya yang menjulang, Saddam telah merasakan bahwa memang ada sesuatu yang besar di tempat ini. Ia berbalik menatap kakaknya yang berdiri bersandar pada mobil, menatapnya tersenyum.

Entah kenapa ia tiba-tiba menunduk, napasnya sesak ketika sekelebat bayangan masa depan melintas di kepalanya. Saddam berbalik ke belakang dan menerobos wanita itu dengan pelukan erat.

Sebenarnya, terkadang Saddam menyesal akan dirinya yang seorang Indigo dan sensitif, bayang-bayang masa depan orang lain selalu menghantui pikirannya. Dan yang paling ia takutkan adalah melihat masa depan keluarganya sendiri, karena sungguh itu jauh lebih menyakitkan.

"Kenapa kamu jadi cengeng seperti ini?" Wanita itu terkekeh.

"Kakak, berjanji untuk jaga diri sebaik mungkin ya!"

Wanita itu tersenyum dan mengangguk. "Pasti Saddam. Yaudah gih sana masuk, belajar yang baik!"

Saddam mengangguk, mengambil kembali kopernya, sebelum masuk ke lingkungan besar sekolah itu, ia sempat melambaikan tangannya pada Sang kakak, menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Setelah neneknya meninggal saat usianya masih sangat kecil, ia hanya punya satu keluarga, kakaknya. Wajar ia sangat menyayangi wanita itu, tapi mulai sekarang ia akan sangat jarang bertemu dengan kakaknya lagi.

Langkahnya berhenti ketika melihat sesosok pemuda berkulit pucat pasi, menatap lurus kepadanya. Saddam juga menatapnya datar, ia tahu pemuda itu bukan manusia. Tapi entah kenapa, dadanya berdegup sangat kencang, kesedihan menguar begitu saja, seakan sesuatu di hatinya baru saja dibuka.

★★★

Saddam memilih sebuah kamar yang sangat dihindari para individu di sini, 4444. Entahlah, ia merasa harus berada di tempat itu. Ditambah Saddam yang tak suka bergaul, membuatnya bisa leluasa di kamar ini karena tidak ada seorang pun yang ingin berada di sini.

Ketika ia baru membuka pintu, ia kembali dikejutkan dengan sosok yang tadi ia lihat di dekat kolam ikan sekarang telah berdiri di depan sana, seakan menyambut kedatangannya.

Lingga BagantiWhere stories live. Discover now