Lingga Baganti- 14

770 88 4
                                    

Edrea tengah mematut dirinya di cermin, berbagai peralatan make up berjejer di hadapannya dengan seorang gadis yang tengah mendadaninya.

Hari ini Klub Drama sekolah punya pertunjukan khusus sebagai penyambutan tahun ajaran baru. Edrea adalah bintang Klub Drama, dia aktris yang tidak pernah absen dalam seluruh drama yang digarap oleh timnya.

Tapi hari ini berbeda dari drama-drama yang biasa ia mainkan, bukan cerita cinta atau persahabatan. Tapi sutradara acara itu ingin mengangkat tema klasik, sebuah pertunjukan musikal yang menyampaikan pesan dari cerita melalui gerakan.

Saat pertama kali ditunjuk sebagai pemeran utama, Edrea telah banyak belajar. Ini merupakan tantangan untuk dirinya, mengingat ia belum pernah memainkan drama klasik sebelumnya. Dan apakah ia bisa menyampaikan isi dari cerita dan membuat penonton mengerti?

Seorang gadis baru saja masuk ke ruang Edrea, membawa sebuah kostum berwarna hitam yang ia yakini sebagai kostum miliknya.

"Ini kostumnya, agak berat karena kata anak perlengkapan emang dibuat dari bulu angsa asli," ujarnya.

Ya, Edrea akan menampilkan tarian angsa hitam. Tarian yang sangat legendaris pada masanya, Edrea merasa tertantang melakukan itu.

Perias Edrea menatap Lamat kostum itu, jemarinya menyentuh setiap detail dari kostum.

"Ini klasik banget, dapet dari mana?" tanyanya.

"Gatau juga, tapi anak perlengkapan bilang mereka ketemu ini kostum di gudang penyimpanan. Gue gak tahu kenapa kostum secantik ini bisa dibuang, tapi kata mereka warnanya emang agak pudar makanya dicat ulang."

Edrea dan gadis perias itu mengangguk paham.

"Dengan tubuh Lo yang kayak jam pasir, gue yakin kostum ini cocok banget sama Lo Rea," ujarnya yang dihadiahi ucapan terimakasih dari Edrea, ia sering sekali menerima pujian seperti ini.

"Yaudah, kalo gitu gue pergi ya. Mau ngurus si pembuat masalah itu lagi, benar-benar gak ada hari tanpa masalah dari dia," ujarnya lalu undur diri dari sana.

Edrea mengernyit. "Siapa?"

"Sasta, siapa lagi," jawab singkat sang gadis perias.

Edrea menatap lurus pada cermin. Sasta? Dia gadis yang menjadi lawannya di audisi dulu bukan?

★★★

"Re, siap-siap dulu di panggung, ini latihan terakhir kita."

Seorang pemuda baru saja datang kepada Edrea yang tengah duduk santai di ruang istirahat, itu sutradara drama ini, Jonathan.

Edrea bangkit dan mengangguk, ia berjalan mengikuti Jonathan yang telah lebih dulu melangkah di depannya.

"Lo tau adegan cermin yang udah kita persiapin kan? Cerminnya diganti yang kecil, properti yang sebenarnya pecah," ujar Jonathan setelah mereka sampai di panggung.

Edrea mengernyit. "Pecah?"

Jonathan menghela napas. "Biasa, Sasta lagi-lagi ngerusakin properti. Gue bingung apa sih masalah dia."

"Dah lah, Lo ambil posisi, bentar lagi kita mulai." Setelah mengucapkan itu Jonathan berbalik ke tempatnya.

Edrea mengambil posisi, ada beberapa pemain di sini. Karena masih sesi latihan, ada banyak tim properti juga tim dekorasi yang berlalu lalang sangat sibuk sekali. Sebuah drama bisa berjalan dengan sangat luar biasa tidak lepas dari peran tim properti dan dekorasi dengan ide brilian mereka.

Barang kali hal itu yang sering dilupakan penonton ketika menonton sebuah pentas drama.

Alunan musik mulai dimainkan, Jonathan sengaja mengundang bintang dari Klub Musik untuk memainkan piano pada pertunjukan spesial ini. Tak lupa di samping sang pianis berdiri anggun seorang siswi yang tengah memainkan biola, perpaduan yang menakjubkan.

Edrea mulai melakukan perannya, mulai meliuk-liukkan badannya dengan indah di atas sana, bagaikan angsa yang tengah menari di atas danau es. Beberapa aktris dan aktor lainnya mulai masuk, memainkan peran mereka masing-masing.

Beberapa orang yang berlalu lalang berhenti sejenak melihat indahnya permainan tari dari semua orang di atas panggung. Tak terkecuali seorang gadis yang berada di balik tirai, itu Sasta.

Ia menatap tanpa berkedip tarian yang dilakukan oleh Edrea. Semua orang bahkan mengakui bahwa Edrea memang ditakdirkan untuk melakukan ini.

Tidak bohong, Sasta iri. Ia merasa berkecil hati ketika melihat Edrea di atas sana, gadis itu bagai bintang yang selalu dipuja-puja.

Berada di posisi Edrea adalah mimpi Sasta dari dulu, bahkan sejak awal ia menginjakkan kaki di Lingga Baganti. Ketika audisi dimulai, sayang sekali ia tidak cukup baik, Edrea yang aktingnya bagus tanpa celah berhasil lolos mengalahkan puluhan kandidat waktu itu.

Tapi Sasta tak menyerah, meskipun tidak lolos, ia masih ingin mengabdikan dirinya pada bidang ini. Impian kecilnya yang berharga, jadi ia melamar sebagai tim properti. Sangat sulit awalnya, tatapan kejam orang-orang membuat dirinya merasa sedih. Mereka sering mengatakan bahwa setelah tidak lolos audisi, ia tidak malu untuk bekerja sebagai tim properti.

Tapi Sasta mengabaikan semua itu, sebenarnya Sasta cukup menikmati pekerjaannya, merasa sangat diandalkan. Tapi ketika melihat para aktris dan aktor yang bermain di atas panggung, mendapat tepukan dan menerima pujian, sedangkan orang-orang di belakangnya dilupakan, Sasta benar-benar sedih.

Ditambah ucapan teman satu timnya yang semakin kasar, selalu melampiaskan semua kesalahan mereka kepada Sasta, itu semua benar-benar melelahkan. Sasta jadi sering melakukan kesahalan, dimarahi, dan kembali dimaki. Ia sering mendengar namanya dibanding-bandingkan dengan Edrea, tapi ia hanya diam, Sasta tahu bahwa ia jauh di bawah gadis itu.

"Sasta cepet ke sini!"

Teriakan dari Cia berhasil menyadarkannya dari lamunan, ia terburu-buru. Ia lupa bahwa tengah bertugas sekarang. Karena tadi ia memecahkan cermin yang akan digunakan, ia harus menggantinya. Beruntung setelah menemui Jonathan, pemuda itu hanya menghela napas dan menyuruhnya mencari ganti dari properti itu.

Sasta berjalan cepat, digenggamnya cermin yang lebih kecil itu dengan erat. Tapi ketika sampai di samping panggung, tim dekorasi menghalangi jalannya, membuat tubuhnya oleng dan tanpa sengaja melepaskan cermin itu.

Kerasnya suara kaca pecah mengalihkan perhatian semua orang, bahkan tarian yang tadinya berjalan dengan baik terhenti melihat apa yang terjadi.

Edrea melihatnya, seorang gadis tampak terjatuh, pecahan cermin di sampingnya. Edrea dapat melihat tangan gadis itu terluka, ketika ingin mendekati, ketua tim properti datang dari belakang, diikuti Jonathan yang langsung menghampiri gadis itu.

"Gue gak tahu harus gimana lagi sama lo, gue bukan tipe orang yang suka marah-marah. Tapi sikap Lo benar-benar teledor Sasta." Dapat didengar itu suara Jonathan.

Terlihat Sasta berdiri, ia menutupi tangannya yang terluka dan meminta maaf kepada Jonathan dan Cia.

Edrea dapat melihat tatapan benci ketua tim properti itu kepada Sasta.

"Maaf."

Cia menghela napas jengah terhadap permintaan maaf itu. "Telinga gue udah capek denger permintaan maaf dari Lo. Jonathan, gue udah minta sama Lo buat keluarin dia dari Klub drama, tapi Lo diam dari dulu."

Jonathan hanya menghela napasnya. Ia menoleh pada rekannya di belakang. "San, cari cermin baru. Secepatnya." Tatapannya beralih pada rekannya yang lain.

"Te, bilang sama panitia tunda dulu pembukaan acaranya tiga puluh menit."

Lalu tatapannya kembali beralih pada Sasta. "Dan Lo Sasta, maaf, tapi gue terpaksa harus mindahin Lo ke tim penata lampu. Sekarang kembali ke belakang."

Sasta hanya mengangguk, melaksanakan perintah Jonathan tersebut kembali ke belakang.

"Jo, tapi tangannya berdarah-"

"Re, Lo balik ke ruang istirahat aja dulu sama yang lain." Seorang panitia acara berbicara kepada Edrea.

"Tapi itu tangannya-"

"Biar ini urusan Jonathan, ayo balik."

Dengan terpaksa, Edrea kembali ke ruang istirahat, menatap iba Sasta yang berjalan menjauh. Sayang ia tidak bisa melakukan sesuatu untuknya.

Lingga BagantiNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ